Senin, Oktober 20, 2025
HomeNewsEkonomiIndustri Manufaktur Merosot, Menperin Tuding Pelonggaran Impor

Industri Manufaktur Merosot, Menperin Tuding Pelonggaran Impor

S&P Global mencatat Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia Juli 2024 merosot menjadi 49,3, dibanding 50,7 pada Juni 2024. Itu artinya PMI manufaktur Indonesia terkontraksi (indeks <50) untuk pertama kali sejak Agustus 2021, atau setelah 34 bulan berturut-turut berada di zona ekspansi (indeks >50).

Hal itu sebenarnya tidak mengejutkan. PMI manufaktur Indonesia sudah merosot sejak beberapa bulan sebelumnya kendati masih di zona ekspansi. PMI April misalnya, tercatat 52,9, kemudian Mei turun menjadi 52,1, dan turun lebih dalam lagi pada Juni menjadi 50,7, sebelum akhirnya jatuh ke zona kontraksi pada Juli.

S&P Global sebelumnya sudah menyebutkan, pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia kehilangan momentum pada Juni 2024. Penyebabnya kenaikan yang lebih lambat dalam produksi, serta menurunnya pesanan dan permintaan baru.

Dipengaruhi melemahnya pertumbuhan pesanan baru karena kondisi pasar domestik yang lemah, restriksi perdagangan di negara lain, ditambah regulasi yang tidak mendukung. Kondisi itu mempengaruhi optimisme pelaku industri manufaktur memandang kondisi bisnis mendatang.

PMI Manufaktur adalah indikator untuk mengukur kesehatan sektor manufaktur suatu negara. PMI Manufaktur menggambarkan aktivitas produksi, pesanan baru, dan kondisi bisnis lain dalam sektor manufaktur.

PMI Manufaktur dihitung berdasarkan survei bulanan yang dikirim kepada manajer pembelian di berbagai perusahaan manufaktur. Responden diminta menilai kondisi bisnis mereka dalam beberapa kategori seperti produksi, pesanan baru, pengiriman/logistik, dan tenaga kerja.

PMI Manufaktur memiliki rentang nilai antara 0 – 100. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi atau pertumbuhan, angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau penurunan aktivitas.

Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, kontraksi PMI Manufaktur Indonesia pada Juli 2024, dipengaruhi oleh penurunan bersamaan pada produksi dan pesanan baru.

Permintaan pasar yang menurun membuat penjualan merosot. Produsen merespons kondisi itu dengan sedikit mengurangi aktivitas pembelian untuk berproduksi pada Juli.

“Kami tidak kaget melihat hasil survei Juli. Semua sudah terprediksi ketika kebijakan relaksasi impor dikeluarkan,” kata Menperin melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Kebijakan yang dimaksudnya adalah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8/2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor yang dirilis Mei 2024, tentang Perubahan Ketiga atas Permendag Nomor 36/2023. Permendag itu merelaksasi (melonggarkan) impor barang dari luar negeri, yang sejenis dengan produk yang diproduksi di dalam negeri.

Baca juga: Pesanan Baru di Sebagian Besar Subsektor Industri Pengolahan Menurun

Menteri Agus minta pengaturan impor dikembalikan ke Permendag No. 36 Tahun 2023. Ditambah pemberlakuan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) dan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) untuk sejumlah komoditas, untuk menaikkan kembali optimisme pelaku industri manufaktur.

“Posisi sektor manufaktur sudah sangat sulit karena kondisi global, termasuk logistik. Karena itu para menteri jangan mengeluarkan kebijakan yang justru makin membunuh industri manufaktur kita,” tegas Menperin.

Agus berharap PMI manufaktur Juli 2024 itu membuka mata para menteri dan pemangku kepentingan lain, tentang perlunya keselarasan langkah dan pandangan dalam membangun industri dalam negeri.

“Kemenperin tidak bisa sendiri. Menjaga kinerja sektor manufaktur bukan saja untuk mempertahankan agar nilai tambah tetap dihasilkan di dalam negeri, namun juga menjamin tersedianya lapangan kerja,” ujar Agus.

Jika pemerintah mengembalikan kebijakan yang pro kepada industri dalam negeri, Agus yakin PMI manufaktur Indonesia akan naik kembali ke posisi ekspansi.

Kondisi PMI Manufaktur Juli 2024 yang merosot itu juga tecermin pada hasil survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juli 2024 yang dirilis Kemenperin, Kamis (31/7/2024). IKI Juli 2024 turun menjadi 52,4 dari IKI Juni 2024 sebesar 52,5.

Berita Terkait

Ekonomi

Program Magang Berbayar Dibuka Lagi November, Kali Ini Untuk 80 Ribu Sarjana/Diploma

Pemerintah melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sudah meresmikan peluncuran...

Senin Besok Penyaluran BLT Rp900.000/KK untuk 35 Juta KK Dimulai

Untuk mendongkrak daya beli masyarakat sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,...

Menko Airlangga: Bisa Jaga Pertumbuhan 5 Persen Per Tahun, Indonesia Jadi Negara Bright Spot

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut satu tahun...

Berita Terkini