Triwulan II Utang Luar Negeri Pemerintah Kembali Turun, Swasta Meningkat

Utang luar negeri (ULN) Indonesia pada triwulan II 2024 tercatat sebesar USD408,6 miliar, meningkat 2,7 persen secara tahunan (yoy), dibanding 0,2 persen (yoy) pada triwulan I 2024.
ULN pemerintah pada triwulan II 2024 tercatat senilai USD191,0 miliar (sekitar Rp3.000 triliun dengan kurs Rp15.800), atau terkontraksi (minus) 0,8 persen yoy, melanjutkan kontraksi triwulan sebelumnya yang tercatat 0,9 persen.
Mengutip keterangan tertulis Erwin Haryono, Asisten Gubernur/Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Kamis (15/8/2024), penurunan ULN pemerintah itu terutama dipengaruhi oleh penyesuaian penempatan dana asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik terbitan pemerintah Indonesia, karena masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Tidak disebutkan kemana asing memindahkan dananya di SBN, tapi diduga ke instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang imbal hasilnya lebih tinggi.
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah utamanya digunakan untuk pembiayaan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (20,9 persen dari total ULN pemerintah), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (18,8 persen), jasa pendidikan (16,8 persen), konstruksi (13,6 persen), serta jasa keuangan dan asuransi (9,5 persen).
“Hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,99 pemerintah dari total ULN pemerintah,” tulis Erwin.
Baca juga: Triwulan I-2024 Utang Luar Negeri Indonesia Menurun
Sementara ULN swasta pada triwulan II 2024 tercatat USD196,5 miliar (sekitar Rp3.100 triliun dengan kurs Rp15.800), meningkat 0,3 persen (yoy), setelah terkontraksi 1,2 persen (yoy) pada triwulan I 2024.
Peningkatan ULN swasta itu didorong ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang tumbuh 0,6 persen (yoy). Sedangkan ULN lembaga keuangan (financial corporations) masih terkontraksi 0,9 persen (yoy).
ULN swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 79,1 persen dari total ULN swasta. Sebanyak 76,7 persen ULN swasta berjangka panjang.
Struktur ULN Indonesia dinilai BI tetap sehat, dengan rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 29,9 persen, dan didominasi ULN jangka panjang dengan pangsa 85,7 persen.
“Peran ULN akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan,” tulis BI.