Rupiah Tetap Menguat Kendati Indeks Dolar Catat Rekor Tertinggi
Bank Indonesia (BI) melaporkan, indeks dolar atau DXY berada di level 109,39 pada penutupan perdagangan Kamis (2/1/2025) waktu Indonesia.
Bloomberg Technoz menyatakan, level indeks dolar itu merupakan yang tertinggi sejak 9 November 2022. Pekan lalu indeks dolar tercatat di level 108,13.
DXY mengukur kekuatan dolar AS (USD) terhadap enam mata uang utama dunia: euro, yen Jepang, franc Swiss, poundsterling Inggris, krona Swedia, dan dolar Kanada.
Penguatan indeks USD itu menyusul rilis data klaim pengangguran di AS yang angkanya lebih kecil ketimbang perkiraan pasar.
Kendati indeks dolar mencatat rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir, nilai tukar rupiah tetap menguat dibanding USD.
Keterangan tertulis BI yang dirilis Jum’at (3/1/2025), mengungkapkan, pada akhir perdagangan Kamis (2/1/2025), rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.190/USD.
Sedikit melemah (5 poin) dibanding penutupan perdagangan Selasa pekan lalu (24/12/2024) yang tercatat Rp16.185/USD.
Baca juga: Rupiah Terus Melemah, Penyaluran Kredit Bisa Makin Payah
Pada awal perdagangan Jum’at (3/1/2025), rupiah dibuka makin melemah (10 poin) menjadi Rp16.200/USD. Namun pada akhir perdagangan menguat 0,23 persen menjadi Rp16.197, dibanding Rp16.235 pada penutupan perdagangan Jumat pekan sebelumnya (27/12/2024).
Pada saat bersamaan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun turun ke 6,97 persen dibanding 7 persen lebih pekan lalu, dan makin turun ke 6,95 persen pada akhir perdagangan Jum’at (3/1/2025).
Lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dengan yield di atas 7 persen, disebut pengamat sebagai penyebab penguatan rupiah. Dari luar negeri, kabar stimulus ekonomi dari China membantu apresiasi rupiah.
Apalagi yield surat utang pemerintah AS atau US Treasury (UST) Note tenor 10 tahun, menurun ke level 4,559 persen dibanding 4,583 persen pekan lalu.