Senin, Oktober 20, 2025
HomeNewsEkonomiSetelah Terkontraksi 5 Bulan, Manufaktur Indonesia Kembali ke Zona Ekspansi

Setelah Terkontraksi 5 Bulan, Manufaktur Indonesia Kembali ke Zona Ekspansi

Kabar baik diterima industri pengolahan atau manufaktur Indonesia di penghujung tahun 2024. Hasil survei S&P Global menyatakan, Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia Desember 2024 kembali ke zona ekspansi (indeks >50) dengan indeks 51,2.

Sebelumnya selama lima bulan berturut-turut sejak Juli 2024, PMI manufaktur Indonesia terkontraksi (indeks <50). Pada November 2024 misalnya, PMI manufaktur Indonesia tercatat di level 49,6.

“Alhamdulillah, industri manufaktur kita kembali rebound setelah lima bulan berturut turut terkontraksi,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif melalui keterangan resmi, Kamis (2/1/2024).

Peningkatan PMI manufaktur Indonesia itu, jelas dia, sejalan dengan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Desember 2024 yang sudah dirilis Kemenperin yang bertahan di zona ekspansi sebesar 52,93.

PMI manufaktur adalah indikator ekonomi yang menunjukkan kondisi industri pengolahan (produsen barang). Indeks PMI didapat dari survei bulanan terhadap manajer pembelian (purchasing) di perusahaan manufaktur.

PMI ekspansi menunjukkan industri manufaktur bergairah karena permintaan (pesanan baru) meningkat, yang selanjutnya menaikkan produksi dan kebutuhan terhadap tenaga kerja.

Karena pesanan atau permintaan meningkat dan stok berkurang, perusahaan meningkatkan pembelian yang tercermin dari ekspansi PMI manufaktur tersebut.

Febri menjelaskan, di tengah dinamika politik dan ekonomi global yang tidak pasti, manufaktur di Indonesia tetap menunjukkan ketangguhannya.

“PMI manufaktur yang ekspansif itu menandakan kepercayaan diri dan optimisme pelaku industri kita masih cukup tinggi. Tercermin dari kenaikan volume produksi dan pesanan baru,” tuturnya.

Banyak pedagang membeli barang lebih pada Desember 2024, karena masih berlaku tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11 persen, sehingga meningkatkan permintaan pada akhir 2024.

“Mereka menyimpan stok hingga Januari dan dijual dengan tarif PPN 12 persen. Jadi, mereka untung kurang lebih satu persen (dari selisih PPN saja),” terang Febri.

Ia menyebut struktur industri manufaktur Indonesia terbukti cukup baik, sehingga produktivitas bisa berjalan lancar dari hulu sampai hilir.

“Tanpa dukungan regulasi yang tepat saja, industri kita sudah bisa ekspansif. Apalagi kalau didukung regulasi yang tepat seperti pengendalian barang impor, tentu manufaktur kita akan meroket lebih tinggi,” ujar Febri.

Baca juga: Kepercayaan Industri Menurun, Kemenperin: Masih Karena Banjir Produk Impor

PMI manufaktur Indonesia Desember 2024 itu mampu melampui PMI manufaktur RRT (50,5), Jerman (42,5), Rusia (50,8), Inggris (47,3), Amerika Serikat (48,3), Jepang (49,5), Korea Selatan (49,0), Vietnam (49,8), Malaysia (48,6), dan Myanmar (50,4).

Paul Smith, Economics Director S&P Global Market Intelligence, dikutip menyatakan, manufaktur Indonesia akhir 2024 ditutup dengan catatan positif.

“Ekspansi untuk pertama kali sejak Juli 2024 menunjukkan penjualan dan output meningkat. Besar harapan tren positif ini akan berlanjut,” katanya.

Paul menambahkan, banyak perusahaan berharap kenaikan produksi tahun ini karena makro ekonomi stabil dan kekuatan membeli kliennya membaik, sehingga lapangan kerja dan aktivitas pembelian meningkat.

Berita Terkait

Ekonomi

Program Magang Berbayar Dibuka Lagi November, Kali Ini Untuk 80 Ribu Sarjana/Diploma

Pemerintah melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sudah meresmikan peluncuran...

Senin Besok Penyaluran BLT Rp900.000/KK untuk 35 Juta KK Dimulai

Untuk mendongkrak daya beli masyarakat sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,...

Menko Airlangga: Bisa Jaga Pertumbuhan 5 Persen Per Tahun, Indonesia Jadi Negara Bright Spot

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut satu tahun...

Berita Terkini