Faktor Trump Membuat Nilai Tukar Rupiah Terus Gonjang Ganjing
Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (USD), setelah pekan lalu menguat karena sentimen kebijakan baru soal penempatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan mulai ramainya arus masuk modal asing portofolio.
Pada akhir perdagangan Kamis, 30 Januari 2025, Bank Indonesia (BI) mencatat melalui keterangan resmi, Jum’at (31/1/2025), kurs rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.255 per USD. Menguat Rp20 dibanding akhir perdagangan Kamis pekan sebelumnya yang tercatat Rp16.275 per USD.
Penguatan rupiah itu terjadi saat imbal hasil atau yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 6,96 persen, indeks dolar (DXY) melemah ke level 107,80 dibanding 108,05 pekan lalu, dan yield surat utang pemerintah AS atau US Treasury Note 10 tahun turun ke 4,516 persen.
Namun, pada awal perdagangan Jumat, 31 Januari 2025, rupiah dibuka melemah di level (bid) Rp16.260 per USD, dan ditutup makin melemah menjadi Rp16.312 pada akhir perdagangan, juga dibanding akhir perdagangan Jum’at pekan sebelumnya yang tercatat di level Rp16.200.
Baca juga: Rupiah Masih Terus Melemah, Tapi BI Berani Pangkas BI Rate
Nilai tukar rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) yang ditutup di level Rp16.312 per USD itu, melemah 0,69 persen secara mingguan dan 0,33 persen secara harian.
Para pengamat menyatakan, depresiasi rupiah itu dipengaruhi pernyataan Presiden AS Donald Trump yang akan mengenakan tarif perdagangan kepada Kanada, Meksiko, dan China. Sampai sekarang ancaman tersebut belum terjadi, sehingga memicu ketidakpastian global.
Selain itu pelemahan rupiah juga karena aksi ambil untung (profit taking) investor terkait libur panjang pekan ini, yang hanya menyisakan tiga hari perdagangan yang tidak bergairah. Karena faktor Trump itu, rupiah diperkirakan para pengamat masih akan melemah pekan depan.