Cadangan Devisa dan Arus Masuk Modal Asing Meningkat, Tapi Rupiah Tetap Makin Payah

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso melaporkan, Jum’at (7/2/2025), pada akhir perdagangan Kamis, 6 Februari 2025, rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.325 per dolar AS (USD).
Melemah Rp70 dibanding penutupan perdagangan Kamis pekan sebelumnya yang tercatat di level (bid) Rp16.255 per USD. Pada awal perdagangan Jum’at (7/2/2025), rupiah dibuka pada level (bid) Rp16.320 per USD, untuk kemudian kembali ke level Rp16.325 per USD saat penutupan perdagangan.
Penurunan indeks dolar atau DXY ke level 107,69, penurunan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS atau US Treasury Note (UST) tenor 10 tahun ke 4,434 persen, dan kenaikan yield Surat Berharga Negara (SBN) ke 6,92 persen dari sebelumnya 6,88 persen, tidak mampu mengangkat rupiah.
Begitu pula arus masuk modal asing portofolio yang kembali meningkat dengan memborong SBN, dan berita kenaikan cadangan devisa dari USD155,7 miliar menjadi USD156,085 miliar, tidak membuat rupiah menjadi lebih perkasa.
Pekan lalu modal asing portofolio mencatat net outflows (jual neto atau keluar dari Indonesia) sebesar Rp820 miliaran dalam sehari (30 januari 2025).
Baca juga: Faktor Trump Membuat Nilai Tukar Rupiah Terus Gonjang Ganjing
Tapi pekan ini, berdasarkan data transaksi 3 – 6 Februari 2025, nonresiden atau asing tercatat beli neto (net inflows) Rp1,45 triliun. Terdiri dari jual neto Rp3,29 triliun di pasar saham, beli neto Rp9,14 triliun di pasar SBN, dan jual neto Rp4,40 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen s.d. 6 Februari 2025, arus modal asing portofolio mencatat net inflows yang jauh lebih besar daripada net outflows. Yaitu, jual neto Rp2,85 triliun di pasar saham, beli neto Rp10,73 triliun di pasar SBN, dan beli neto Rp10,44 triliun di SRBI.
Para pengamat menyatakan, keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengobarkan perang dagang dengan Kanada, Meksiko, dan China, serta aneka keputusan lainnya yang kontroversial, masih sangat mempengaruhi nilai tukar banyak mata uang dunia termasuk rupiah. Karena faktor Trump itu, sejak pekan lalu para pengamat sudah memperkirakan, rupiah masih akan terus terdepresiasi.