Penjualan Rumah Kecil dan Menengah Makin Melorot, Penjualan Rumah Besar Berkibar

Penjualan properti residensial di pasar primer (rumah baru di proyek real estate) pada triwulan IV 2024 melorot.
Mengutip Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI) yang dirilis Jum’at (14/2/2025), pada triwulan IV 2024 penjualan rumah baru terkontraksi (minus) 15,09 persen secara tahunan (yoy), dua kali lebih tinggi dibanding kontraksi triwulan III 2024 sebesar minus 7,14 persen (yoy).
SHPR dilakukan terhadap sampel pengembang proyek perumahan di 18 kota: Jabodebek dan Banten, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Manado, Makasar, Denpasar, Pontianak, Banjarmasin, Bandar Lampung, Palembang, Padang, Medan, Batam,n Balikpapan, Pekanbaru, dan Samarinda.
Kemerosotan penjualan rumah baru yang makin dalam itu dipengaruhi oleh penurunan penjualan rumah kecil dan sedang sebesar minus 23,70 persen (yoy) dan minus 16,61 persen (yoy), dari hanya minus 10,05 persen (yoy) dan minus 8,80 persen (yoy) pada triwulan III 2024.
Sementara penjualan rumah besar melesat dari 6,83 persen (yoy) pada triwulan III 2024 menjadi 20,44 persen (yoy) pada triwulan IV 2024.
Baca juga: Penjualan Rumah Anjlok, Penyaluran KPR Merosot
Secara triwulanan (qtq), penjualan rumah pada triwulan IV 2024 juga terkontraksi, kendati kontraksinya lebih kecil. Yaitu, dari minus 7,62 persen (qtq) pada triwulan III 2024 menjadi minus 6,62 persen (qtq) pada triwulan IV 2024.
Kontraksi triwulanan itu juga dipengaruhi penurunan penjualan rumah kecil dan sedang sebesar minus 11,94 persen (qtq) dan minus 9,13 persen (qtq), dibanding minus 9,80 persen (qtq) dan minus 5,25 (qtq) persen pada triwulan III 2024.
Sedangkan penjualan rumah besar berkibar menjadi 14,12 persen (qtq) pada triwulan IV 2024, setelah terkontraksi atau minus 4,47 persen (qtq) pada triwulan III 2024.
SHPR BI triwulan IV 2024 mencatat, faktor yang menghambat penjualan rumah baru masih klasik. Yaitu, kenaikan harga bahan bangunan (21,40 persen), masalah perizinan (15,05 persen), bunga KPR (14,31 persen), proporsi uang muka KPR yang tinggi (10,59 persen), perpajakan (9,71 persen), dan faktor lain (15,05 persen).
“Mayoritas pembelian rumah baru dilakukan dengan KPR dari perbankan dengan pangsa 72,54 persen, sisanya tunai bertahap 18,74 persen, dan 8,72 persen tunai,” tulis SHPR BI Triwulan IV 2024.
Seiring kemerosotan penjualan, pada triwulan IV 2024 outstanding KPR hanya tumbuh 9,67 persen secara tahunan (yoy), menurun dibanding 10,37 persen (yoy) pada triwulan III 2024. Sementara secara triwulanan (qtq), pada triwulan IV penyaluran KPR tumbuh 2,04 persen (qtq), lebih tinggi dibanding triwulan III 2024 yang tercatat 1,70 persen.