Menurun Optimisme Pelaku Industri Memandang Kondisi Usaha ke Depan

Berbagai kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah Donald Trump seperti pengetatan arus migrasi, pemotongan pajak korporasi, dan pengenaan tarif impor yang tinggi, berpotensi meningkatkan inflasi AS dan memicu ketidakpastian global sehingga membuat nilai tukar rupiah makin terpuruk.
Kondisi ekonomi global dan domestik yang masih labil itu mempengaruhi para pelaku industri pengolahan atau manufaktur. Tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Fberuari 2025 yang stagnan.
Masih berada di zona ekspansi dengan indeks 53,15 (>50), namun posisi itu hanya naik 0,05 poin dibanding IKI Januari 2025 dan meningkat 0,59 poin dibanding IKI Februari 2024.
“Meningkatnya IKI Februari itu ditopang ekspansi 21 subsektor industri dengan kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) triwulan empat 2024 sebesar 97,7 persen,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian (kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif melalui keterangan resmi, Kamis (27/2/2025).
Ketiga variabel pembentuk IKI (pesanan baru, produksi dan persediaan) masih berada di zona ekspansi. Namun yang meningkat hanya indeks pesanan baru sebesar 1,83 poin dibanding Januari 2025 menjadi 54,57.
Sementara variabel produksi masih berada di zona ekspansi sebesar 50,55, tapi merosot 2,84 poin dibanding Januari 2025. Begitu juga variabel persediaan, tetap ekspansif dengan indeks 53,52, tapi menurun 0,06 poin dibanding Januari 2025.
“Perlambatan ekspansi produksi dan persediaan itu dikarenakan belum optimalnya penyerapan persediaan produksi pada Februari, sehingga perusahaan industri berhati-hati menambah produksi,” kata Febri.
Baca juga: Kinerja Industri Disebut Membaik, Tapi Optimisme Pelaku Usaha Menurun
Ia menjelaskan, daya beli masyarakat yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia Januari 2025 menurun 0,5 poin dibanding Desember 2024.
Penurunan keyakinan konsumen itu disebabkan adanya sedikit penurunan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini seperti tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE), meskipun persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini tetap kuat (indeks >100).
Dilihat lebih detail, terjadi penurunan proporsi konsumsi terhadap pendapatan, terutama pada tingkat pengeluaran Rp3,1-4 juta sebesar 70,9 persen pada Januari 2025, dibanding Desember 2024 sebesar 72,8 persen.
Di sisi lain porsi pembayaran cicilan utang terhadap pendapatan meningkat pada seluruh tingkat pengeluaran. “Hal itu menunjukkan adanya perubahan preferensi konsumen untuk menahan konsumsi kepada pembayaran cicilan/utang yang tentu saja mempengaruhi penyerapan produk industri di pasar,” jelas Febri.
Subsektor dengan nilai IKI tertinggi pada Februari 2025 adalah industri peralatan listrik serta pencetakan dan reproduksi media rekaman. Sedangkan dua subsektor mengalami kontraksi (indeks <50). Yaitu, industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dsb, serta reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan.
Kontraksi kedua subsektor tersebut salah satunya disebabkan oleh penurunan permintaan. Antara lain, kata Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Agro Yulia Astuti, karena penurunan pesanan khususnya kayu lapis dari AS, Jepang, dan RRT.