Menkeu: Ramadan dan Libur Lebaran Akan Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis Ramadan dan libur Lebaran 2025 akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Alasannya, aktivitas ekonomi di berbagai daerah tujuan mudik akan meningkat, yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
“Ini (Ramadan dan Lebaran) akan meningkatkan aktivitas ekonomi di semua daerah, terutama di daerah-daerah tujuan mudik, sehingga berdampak positif terhadap (pertumbuhan) ekonomi,” kata Sri Mulyani kepada pers usai menunaikan salat Ied di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Senin (31/3/2024).
Menurut Menkeu, penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi (lebih dari 53 persen) adalah konsumsi masyarakat. Selama Ramadan dan Idul Fitri, konsumsi masyarakat terutama dalam makanan dan minuman serta fashion akan meningkat.
“Mereka yang berkumpul dengan keluarganya (saat Ramadan dan Idul Fitri), paling tidak akan menyediakan makanan dan minuman. Mungkin sekarang mmasyarakat merasa tidak perlu beli baju baru, tapi tetap saja mereka akan berdandan,” ujar Menkeu.
Selain itu sektor kuliner dan pariwisata juga diperkirakan meningkat, mengikuti kenaikan aktivitas masyarakat selama libur Lebaran. Restoran dan tempat wisata di berbagai daerah diprediksi akan ramai dikunjungi.
“Saya ke Dusun Bambu (Bandung) sebelum Lebaran. Mereka bilang biasanya bisa sampai 17.000 (pengunjung) yang datang setiap hari. Karena itu saya berharap libur Lebaran akan memberikan dampak ekonomi yang lebih baik,” jelas Menkeu.
Baca juga: Penerimaan Pajak Membaik, Menkeu Lansir Joint Program untuk Genjot Lebih Tinggi
Sebelumnya pengamat ekonomi dan pelaku usaha menyatakan, ekonomi selama Ramadan dan Lebaran tahun ini lebih redup. Terlihat dari prediksi jumlah pemudik yang turun 24 persen, sehingga menurunkan perputaran uang.
Kemudian maraknya PHK menjelang Ramadan dan Idul Fitri, sikap masyarakat yang lebih menahan diri berbelanja, antara karena situasi ekonomi yang makin labil dan mengantisipasi pengeluaran pada tahun ajaran baru Juni nanti.
Apalagi, tingkat tabungan masyarakat bawah dan menengah terus merosot atau melandai, yang membuat mereka makin bersikap defensif alias menahan belanja.
Terlihat dari lebih sepinya berbagai pusat perbelanjaan menjelang Lebaran atau Idul Fitri 2025 dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Data Mandiri Spending Index per Maret 2025 yang dicatat CNBC hanya tumbuh 1,4 persen secara mingguan (week to week). Merosot dibanding pertumbuhan data indeks periode yang sama 2024 sebesar 4,7 persen week to week.
Penurunan belanja masyarakat itu juga tergambar dari kemerosotan impor barang konsumsi per Februari 2025 sebesar 10,61 secara bulanan (mtm), dan 21,05 persen secara tahunan (yoy).