Premi Risiko Investasi Terus Menurun, Modal Asing Mulai Masuk Lagi. Borong Surat Utang Pemerintah

Bank Indonesia melaporkan, Jum’at (25/4/2025), premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun terus menurun. Per 24 April 2025 tercatat sebesar 98,96 bps, turun signifikan dibanding 18 April sebesar 104,87, atau akhir pekan lalu (16 April 2025) sebesar 106,39 bps, atau akhir pekan sebelumnya lagi sebesar 113,5.
Kendati terus menurun, premi CDS Indonesia itu masih terbilang tinggi. Sebagai perbandingan, premi CDS Indonesia 5 tahun pada 20 Juni 2024 hanya 76,04 bps, akhir Desember 2024 menjadi 76,02 bps, dan 2 Januari 2025 sebesar 78,00 bps.
Bahkan, pada 26 Maret 2025 menjelang libur panjang Lebaran 2025, kendati naik tinggi dari sebelumnya, premi CDS Indonesia 5 tahun masih berada di level 90,84 bps.
CDS adalah kontrak antara penjual dan pembeli CDS, dengan membayar biaya (premi tetap) selama periode tertentu (maturity) ditambah kompensasi tertentu bila terjadi gagal bayar.
Premi CDS yang tinggi mengindikasikan para investor menaikkan pembelian asuransi kredit dari sebuah institusi atau negara penerbit surat utang, karena menilai situasi saat ini jauh lebih berisiko daripada sebelumnya.
Dengan kata lain, premi CDS pada 24 April 2025 itu masih mencerminkan kekhawatiran investor yang cukup tinggi terhadap risiko investasi di Indonesia, baik karena faktor eksternal maupun internal.
Baca juga: Asing Lepas Saham Rp28,10 Triliun, Premi Risiko Investasi Indonesia Naik Tinggi
Namun, penurunan premi CDS ke bawah 100 bps tersebut sudah mulai berdampak positif terhadap aliran masuk modal asing portofolio, yang kerap mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Paling tidak secara mingguan, aliran modal asing sudah kembali mencatat surplus (lebih besar yang masuk daripada yang keluar atau beli neto) dibanding sebelumnya yang masih minus (jual neto). Kendati yield atau imbal hasilnya sedikit menurun, asing getol membeli Surat Berharga Negara (SBN) terbitan pemerintah Indonesia.
Berdasarkan data transaksi 21 — 24 April 2025, BI mencatat nonresiden atau asing tercatat beli neto sebesar Rp2,36 triliun. Terdiri dari jual neto Rp1,33 triliun di pasar saham, beli neto Rp11,13 triliun di pasar SBN, dan jual neto Rp7,44 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Sementara secara keseluruhan selama tahun kalender (Januari-April), arus masuk modal asing masih minus. Berdasarkan data setelmen s.d. 24 April 2025, nonresiden tercatat jual neto Rp48,79 triliun di pasar saham, beli neto Rp18,50 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp12,64 triliun di SRBI. Artinya selama tahun ini hingga 24 April, aliran masuk modal asing masih mencatat minus Rp42,93 triliun.