Pasar Properti Asia Pasifik Stabil Didorong Industri dan Ritel

Suku bunga yang berlaku di pasar prorperti kawasan Asia Pasifik cukup stabil pada kuartal pertama (Q1) 2025 dengan range 12 persen dari 19 pasar yang dipantau oleh perusahaan riset dan konsultan properti Colliers.
Sektor dengan pergerakan suku bunga terbesar adalah industri dengan pertumbuhan di sektor ini didukung oleh fundamental yang solid dan inovasi menkipun terjadi kelebihan pasokan di beberapa pasar.
“Seiring investor beradaptasi dengan kondisi global dan lokal, peluang terus muncul di sektor ini dan pasar yang didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat dan aktivitas pasar yang kuat,” kata CK Lau, Managing Director of Valuation & Advisory Services Asia, Colliers dalam rilis yang diterbitkan Rabu (30/04).
Riset Colliers juga menyebut, secara regional kalangan investor tetap ragu di tengah ketidakpastian seputar tarif global dan pemotongan bunga hingga memilih tawaran dengan margin keamanan yang signifikan.
Beberapa temuan di tiap negara bisa berbeda. Di Australia pasar tetap tenang dengan sektor perkantoran dan industry menunjukkan pergerakan suku bunga yang ringan. Di China banyak perusahaan manajemen aset menjual portofolionya yang tidak berkinerja sehingga meningkatkan peluang investasi di pasar.
Meningkatnya kekosongan dan arus modal di Hong Kong membuat para pelaku hati-hati dan ini menjadi tantangan bagi sektor perkantoran dan infustri. Di India khususnya Bengalur dan Mumbai menunjukkan ketahanan dengan tingkat kapitalisasi yang stabil di seluruh sektor seiring aktivitas penyewaan yang semakin kuat.
Sementara di Indonesia khususnya Jakarta, mengalami kompresi tingkat kapitalisasi yang signifikan pada Q1. Hal ini didorong oleh permintaan yang kuat, pergeseran ekspektasi kea rah pertumbuhan dan stabilitas, hingga fundamental yang solid seperti e-commerce dan kendaraan listrik.
Baca juga: Bisnis Properti Asia Pasifik Bagus, Dampaknya Bagus Juga Untuk Indonesia
Masih laporan dari negara lain di Asia Pasifik, Jepang dan Taiwan terus bertahan, stabil, dengan sedikit pergerakan tingkat kapitalisasi pada kuartal ini. Di Selandia Baru pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Selandia Baru mengisyaratkan optimisme yang hati-hati namun perubahan nyata belum terwujud.
Manila, Filipina melaporkan nilai kapitalisasi kantor yang stabil dan permintaan yang meningkat meskipun kekosongan diperkirakan akan meningkat karena pasokan baru yang masuk pasar. Ekonomi Filipina yang cukup kuat didorong oleh konsumen yang mendukung pertumbuhan ritel. Untuk Singapura, aset tetap stabil karena lingkungan investasi yang stabil sehingga volatilitas tidak terjadi.
Korea Selatan menunjukkan ketahanan sementara sektor industri menunjukkan tanda-tanda pemulihan karena disparitas harga yang secara bertahap semakin menyempit yang membuat investasi terus tumbuh didorong oleh banyaknya peluang menguntungkan. Sementara itu Bangkok, Thailand, aktivitas industri didorong oleh kendaraan listrik, logistik, dan pusat data.
Secara umum, pasokan yang terus tumbuh dan nilai sewa yang stabil membuat bisnis properti di Asia Pasifik masif cukup baik yang ditopang oleh sektor industri dan ritel. Sektor perkantoran berada pada titik krusial di beberapa negara yang membutuhkan navifgasi cermat untuk beradaptasi dengan dinamika yang berkembang sementara sektor ritel mendefinisikan ulang nilainya dengan memanfaatkan kekuatan lokal dan bersiap untuk perubahan,” pungkas CK Lau.