Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lebih Tinggi, Pemerintah Lansir Aneka Kebijakan dan Program Genjot Konsumsi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 4,87 persen secara tahunan (yoy) pada triwulan I-2025, menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia masih kuat di tengah tantangan fragmentasi geoekonomi dan proteksionisme yang meningkat.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia itu melampaui Singapura (3,8 persen), Malaysia (4,4 persen), dan negara maju seperti Amerika Serikat/AS (2,0 persen) dan Uni Eropa/EU (1,2 persem).
Konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) itu, dengan kontribusi 54,5 persen.
“Kebijakan pemerintah seperti pemberian THR, bantuan hari raya, program mudik gratis, dan diskon belanja, terbukti mampu meningkatkan daya beli masyarakat selama Ramadan dan Lebaran,” kata Airlangga melalui keterangan tertulis dikutip Selasa (6/5/2025).
Baca juga: Triwulan I Ekonomi Tumbuh di Bawah 5 Persen. Kata BPS Masih Bagus. Ini Alasannya
Berkaitan dengan itu, pemerintah akan melansir sejumlah program, kebijakan, dan even yang bisa makin menggenjot daya beli, demi menodorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Antara lain, menyalurkan bansos PKH & Kartu Sembako pada Mei-Juni, dan pencairan gaji ke-13 ASN. Kemudian meneruskan dan memberikan insentif fiskal di sektor properti, otomotif, dan padat karya, serta menjaga stabilisasi harga pangan.
Berikutnya membentuk Satuan Tugas (Satgas) Perluasan Lapangan Kerja, menyederhanakan perizinan melalui Inpres Deregulasi, penyelesaian revisi Perpres BUPM (Bidang Usaha Penanaman Modal), dan mengimplementasikan kredit investasi untuk industri padat karya, optimalisasi belanja modal atau capex (capital expenditure) BUMN, dan optimalisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Selain itu juga akan mengkselerasi belanja pemerintah, dengan target penyerapan lebih tinggi dari siklus triwulanannya, guna mendorong multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi.
Bersamaan dengan itu, pemerintah juga terus melakukan mitigasi risiko terkait kebijakan Trump 2.0, dan perluasan pasar ekspor melalui negosiasi tarif dengan AS serta penyelesaian kerja sama EU-CEPA.
Baca juga: Penghasilan Menurun, Cari Kerja Susah, Optimisme Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Melorot
Selanjutnya, pemerintah kembali akan menggelar program diskon Belanja di Indonesia Aja (BINA), yang diklaim terbukti bisa menggenjot konsumsi sekaligus mendukung pengembangan usaha lokal.
“Friday Mubarak dan BINA menjelang Ramadan dan Lebaran yang lalu yang digelar pemerintah bersama pelaku usaha, berhasil meraih nilai transaksi lebih dari Rp100 triliun,” ujar Airlangga.
Friday Mubarak yang didukung 150 merek ritel nasional selama 28 Februari-28 Maret 2025 mencatatkan transaksi Rp72,3 triliun. BINA Lebaran yang melibatkan 80 ribu gerai di 402 pusat perbelanjaan selama 14-30 Maret 2025, mencatatkan transaksi Rp32,7 triliun.
Pemerintah akan kembali menggelar BINA hingga akhir tahun. Dimulai pada even HUT Jakarta melalui Jakarta Festival, Bazar UMKM serentak di 44 kecamatan di Jakarta, dan Pekan Raya Jakarta.
Kemudian program belanja selama liburan sekolah dan kembali ke sekolah, melalui BINA Back to School atau BINA Holidays, berkolaborasi dengan Jakarta Great Sale.
Baca juga: Masyarakat Makin Tidak Pede Melihat Prospek Ekonomi, Terutama Kaum Menengah ke Bawah
Dilanjutkan pada HUT RI 17 Agustus 2025, melalui BINA 17-an atau Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI) dan Indonesia Shopping Festival. Terakhir pada akhir tahun melalui BINA Diskon, Harbolnas, dan EPIC Sale.
“Berbagai agenda tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, dan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini,” pungkas Menko Airlangga.