Beberapa Pekan Terakhir, Rupiah Terus Menguat Terhadap Dolar AS
Bank Indonesia (BI) melalui Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Ramdan Denny Prakoso melaporkan, Jum’at (16/5/2025), pada penutupan perdagangan Kamis, 15 Mei 2025, di pasar spot antar bank di Jakarta (Jisdor) rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.510 per dolar AS (USD).
Melemah 20 poin dibanding penutupan Kamis pekan lalu yang tercatat di level Rp15.490. Namun masih menguat 90 poin dibanding penutupan perdagangan Rabu pekan sebelumnya yang tercatat di level Rp15.595 per USD.
Pelemahan tipis itu terjadi saat imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun terbitan pemerintah Indonesia naik ke level 6,90 persen, serta indeks dolar AS atau DXY menguat ke level 100,88, dan yield surat utang pemerintah AS atau US Treasury (UST) Note 10 tahun naik ke level 4,432 persen.
Baca juga: Mantap! Nilai Tukar Rupiah Meroket Terhadap Dolar AS
Pada pagi hari Jumat, 16 Mei 2025, rupiah dibuka menguat 60 poin ke level (bid) Rp Rp16.450 per USD, dan ditutup makin menguat 26 poin ke level Rp16.424 pada penutupan perdagangan sore harinya, atau menguat 108 poin dibanding penutupan perdagangan Jum’at pekan lalu yang tercatat di level Rp16.532.
Penguatan rupiah itu terjadi saat yield SBN 10 tahun turun ke level 6,87 persen. Rupiah terbilang sebagai mata uang di Asia dengan penguatan terbesar terhadap USD pekan ini sebesar 0,51 persen, dibanding penutupan hari sebelumnya.
Diikuti yen Jepang (0,28 persen), won Korea Selatan (0,25 persen), peso Filipina (0,18 persen), dolar Taiwan (0,14 persen), baht Thailand (0,11 persen), serta dolar Singapura, yuan China, dan ringgit Malaysia di bawah 0,10 persen.
Ekspektasi terhadap penurunan bunga acuan bank Sentral AS The Fed (Fed Fund Rate), pertumbuhan ekonomi Indonbesia yang positif, imbal hasil surat utang pemerintah Indonesia yang menarik, meredanya inflasi, dan intervensi BI di pasar valuta asing, ditengarai sebagai faktor-faktor yang menguatkan rupiah.