Kinerja Manufaktur Makin Mendekati Zona Kontraksi. Jumlah Pekerja Dikurangi

Industri pengolahan atau manufaktur adalah penopang utama perekonomian, bersama sektor pertanian dan perdagangan. Namun, kinerjanya tahun ini terus menurun.
Tercermin dari Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) triwulan II 2025 yang dirilis akhir pekan ini (18/7/2025), yang masih berada di fase ekspansi (indeks >50 persen) sebesar 50,89 persen, namun makin mendekati zona kontraksi (indeks <50 persen alias minus atau tidak tumbuh).
PMI-BI triwulan dua itu merosot dibanding triwulan satu sebesar 51,67 persen. BI bahkan memperkirakan PMI pada triwulan tiga 2025 makin menurun menjadi 50,85 persen.
Dibanding 2024, PMI-BI selama 2025 (hingga PMI perkiraan triwulan III) terus memburuk. Tahun lalu PMI-BI pada triwulan I, III, III, dan IV tercatat masing-masing 52,80, 51,97, 51,54, dan 51,58 persen.
Berdasarkan komponen pembentuknya, volume produksi, volume persediaan barang jadi, dan volume total pesanan masih berada di zona ekspansi pada triwulan II.
Volume produksi mencatat indeks 53,45 persen, meningkat dibanding 52,28 persen pada triwulan I. Namun, volume total pesanan dan volume persediaan barang jadi mencatat penurunan indeks. Masing-masing dari 52,94 menjadi 51,10 dan dari 52,69 menjadi 51,33.
Sementara komponen kecepatan penerimaan barang input makin terkontraksi dengan indeks 48,75 dari 49,02 persen pada triwulan I. Begitu pula komponen total jumlah karyawan, jatuh ke zona kontraksi dengan indeks 48,75 dari 50,49 pada triwulan I.
Keduanya menunjukkan industri pengolahan mengurangi pembelian dan penggunaan tenaga kerja. Karena itu pada triwulan III, BI memperkirakan PMI untuk volume produksi akan turun signifikan menjadi 51,96 persen dari 53,45 pada triwulan II, yang menunjukan pabrik mengurangi produksi.
Baca juga: Mei PMI Manufaktur Indonesia Membaik Tapi Masih di Zona Kontraksi
Sementara volume total pesanan triwulan III diperkirakan stabil dengan indeks 51,18 dibanding 51,10 persen pada triwulan II, volume persediaan barang jadi meningkat dari 51,33 menjadi 52,35 persen, dan kecepatan penerimaan barang input naik ke zona ekspansi dengan indeks 50,16 dari zona kontraksi (indeks 48,75) pada triwulan II. Sedangkan total jumlah karyawan tetap berada di zona kontraksi dengan indeks 48,75 persen.
Sebagian lapangan usaha berada pada fase ekspansi pada triwulan II, dengan indeks tertinggi pada industri mesin dan perlengkapan, diikuti industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman, serta industri makanan dan minuman.
Sedangkan pada triwulan III 2025, mayoritas lapangan usaha juga diprakirakan berada pada fase ekspansi, dengan indeks tertinggi pada industri logam dasar, diikuti industri alat angkutan, serta industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman.