Senin, Oktober 20, 2025
HomeNewsEkonomiJumlah Uang Beredar Meningkat, Tapi Uang di Tangan Masyarakat Merosot

Jumlah Uang Beredar Meningkat, Tapi Uang di Tangan Masyarakat Merosot

Uang beredar adalah indikator aktivitas ekonomi. Kenaikan atau penurunan uang beredar mengindikasikan bertambah atau berkurangnya likuiditas atau jumlah uang untuk transaksi ekonomi. Dengan kata lain, uang beredar adalah salah satu petunjuk melemah atau menguatnya perekonomian.

Bank Indonesia (BI) melalui Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Ramdan Denny Prakoso melaporkan awal pekan ini (22/7/2025), likuiditas perekonomian atau uang beredar luas (M2) pada Juni 2025 tumbuh lebih tinggi sebesar 6,5 persen (yoy) dibanding 4,9 persen (yoy) pada Mei 2025, sehingga tercatat sebesar Rp9.597,7 triliun.

M2 adalah M1 ditambah uang kuasi dan surat berharga yang diterbitkan sistem moneter dan dimiliki swasta domestik dengan sisa tenor sampai 1 tahun, serta surat berharga selain saham dengan pangsa hanya sekitar 1 persen.

M1 atau uang beredar sempit, adalah uang yang dipegang masyarakat (di luar bank umum dan BPR), termasuk tabungan yang bisa ditarik sewaktu-waktu dan giro rupiah. Sedangkan uang kuasi adalah simpanan berjangka (deposito) dan tabungan lain (rupiah dan valas) serta giro valas.

Pertumbuhan jumlah uang beredar pada Juni 2025 tercatat sebagai yang tertinggi dalam 6 bulan terakhir. Kalau pada Mei 2025 pertumbuhannya 4,9 persen, pada April 2025 tercatat 5,2 persen (yoy), Maret 6,1 persen (yoy), Februari 6,2 persen (yoy), dan Januari 5,9 persen (yoy).

Pertumbuhan M2 Juni 2025 itu didorong pertumbuhan M1 sebesar 8 persen (yoy) dan uang kuasi 4,7 persen (yoy). Meningkat dari 6,3 persen (yoy) dan 1,5 persen (yoy) pada Mei 2025. Pangsa M1 mencapai 56,4 persen dari M2 pada Juni 2025 dengan nilai Rp5.409,1 triliun.

Baca juga: Penyaluran Kredit Tetap Seret, Pertumbuhan Uang Beredar Masih Terus Menurun

Perkembangan M1 itu terutama didorong peningkatan pertumbuhan giro rupiah dari 6,7 persen (Mei 2025) menjadi 10,6 persen (Juni 2025), dan tabungan rupiah (pangsa 45,3 persen dari M1) yang tumbuh dari 4,3 persen menjadi 5,9 persen.

Sementara pertumbuhan uang kartal (di luar bank umum dan BPR) merosot dari 10,7 persen (Mei 2025) menjadi 8,4 persen pada Juni 2025. Dengan kata lain pada Juni 2025 jumlah uang fisik (kertas dan logam) yang ada di tangan masyarakat merosot.

Sebaliknya pertumbuhan uang kuasi (pangsa 43 persen dari M2) melesat dari 1,5 persen menjadi 4,7 persen. Berdasarkan komponen uang kuasi, deposito, tabungan lainnya dan giro valas tumbuh 4,5 persen, 10,5 persen, dan 3,7 persen, dari 2 persen, 8,5 persen, dan -2,9 persen pada Mei 2025. Artinya jumlah uang beredar banyak berpindah dari tangan masyarakat ke sistem perbankan atau rekening bank.

Meningkatnya M2 pada Juni 2025 terutama dipengaruhi oleh penyaluran kredit, aktiva luar negeri bersih, dan tagihan bersih sistem moneter kepada pemerintah pusat.

Kredit di sini hanya dalam bentuk pinjaman (loans). Tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman, seperti surat berharga (debt securities), tagihan akseptasi (banker’s acceptances), dan tagihan repo.

Aktiva luar negeri bersih adalah selisih tagihan kepada bukan penduduk (entitas asing) dengan kewajiban kepada bukan penduduk.

Tagihan bersih kepada pemerintah pusat, adalah selisih bersih antara tagihan (kredit) BI kepada pemerintah pusat dan kewajiban BI kepada pemerintah pusat (rekening pemerintah pusat di BI).

Penyaluran kredit hanya tumbuh 7,6 persen pada Juni 2025 dibanding 8,1 persen pada Mei 2025, 8,5 persen (April), 8,7 persen (Maret), 9 persen (Februari), dan 9,6 persen (Januari 2025). Sedangkan pertumbuhan aktiva luar negeri bersih stabil di angka 3,9 persen.

Sementara tagihan bersih sistem moneter kepada pemerintah pusat pada Juni 2025 masih terkontraksi (minus) 8,2 persen, namun jauh menurun dibanding kontraksi (minus) 25,7 persen pada Mei 2025.

Berita Terkait

Ekonomi

Program Magang Berbayar Dibuka Lagi November, Kali Ini Untuk 80 Ribu Sarjana/Diploma

Pemerintah melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sudah meresmikan peluncuran...

Senin Besok Penyaluran BLT Rp900.000/KK untuk 35 Juta KK Dimulai

Untuk mendongkrak daya beli masyarakat sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,...

Menko Airlangga: Bisa Jaga Pertumbuhan 5 Persen Per Tahun, Indonesia Jadi Negara Bright Spot

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut satu tahun...

Berita Terkini