Optimisme Pelaku Industri Manufaktur Meningkat, Pesimisme Menurun

Sebanyak 79,8 persen pelaku manufaktur (industri pengolahan) menyatakan, kondisi usahanya meningkat dan stabil. Sebesar 32,9 persen di antaranya melaporkan kondisi usahanya membaik, naik dari 31,2 persen persen pada Juli 2025, dan 46,9 persen menyatakan stabil, meningkat dari 45,9 persen pada Juli 2025.
Hal itu dinyatakan Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arief saat menyampaikan hasil survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Agustus 2025 di Jakarta akhir pekan ini.
IKI Agustus 2025 meningkat 0,66 poin menjadi 53,55, dibanding 52,89 pada Juli 2025, 51,84 per Juni 2025, dan 52,11 pada Mei 2025. IKI Agustus 2025 juga lebih tinggi 1,15 poin dibanding Agustus 2024 sebesar 52,40.
Peningkatan IKI itu juga didukung oleh Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juli 2025 yang naik menjadi 118,1, serta penjualan eceran yang diperkirakan naik menjadi 159,3 pada Agustus 2025, jauh lebih tinggi dibanding periode sebelumnya sebesar 145,8.
Baca juga: Naik Optimisme Pelaku Industri Memandang Kondisi Usahanya 6 Bulan ke Depan
Sementara tingkat optimisme pelaku industri dalam 6 bulan ke depan, juga naik dari 67,6 persen pada Juli 2025 menjadi 68,1 persen pada Agustus 2025, dan tingkat pesimisme menurun dari 7,1 menjadi 5,6 persen.
“Optimisme pelaku usaha relatif terjaga untuk enam bulan ke depan, didukung permintaan domestik yang tetap kuat dan kebijakan pro-industri,” kata Febri.
Dari sisi pasar, IKI berorientasi ekspor naik 0,76 poin menjadi 54,11 dibanding Juli 2025 sebesar 53,35, didukung kenaikan ekspor nonmigas sebesar 12,56 persen (yoy) pada triwulan dua 2025.
Kenaikan itu menunjukkan daya saing produk manufaktur Indonesia di pasar global tetap terjaga, di tengah perluasan tarif resiprokal AS ke beberapa negara.
Sementara IKI domestik naik 0,48 poin menjadi 52,64, mencerminkan permintaan dalam negeri yang tetap kuat, sejalan dengan inflasi terkendali di 2,37 persen (yoy).
Baca juga: Pelaku Industri Masih Menahan Diri Naikkan Produksi, Tapi Kepercayaan Terus Menguat
Febri menekankan pentingnya membaca kinerja manufaktur melalui indikator yang akurat. Selama ini publik sering membandingkan IKI dengan Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia versi S&P Global.
Padahal, IKI memiliki responden jauh lebih banyak, sekitar 2.500–3.000 industri dari 23 subsektor, sehingga mampu merepresentasikan kondisi riil industri nasional dengan lebih komprehensif. Sementara PMI hanya mengambil sampel 500 perusahaan sehingga cenderung kurang luas cakupannya.
“Hasil IKI terbukti sejalan dengan data pertumbuhan industri yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), sehingga dapat menjadi acuan valid dalam menilai kondisi aktual manufaktur nasional,” pungkasnya.