Kamis, Oktober 23, 2025
HomeNewsEkonomiBunga Masih Tinggi, Penyaluran Kredit Stagnan, Kredit yang Belum Dicairkan Besar

Bunga Masih Tinggi, Penyaluran Kredit Stagnan, Kredit yang Belum Dicairkan Besar

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, penurunan BI-Rate 150 bps (1,5 persen) sejak September 2024, tidak diikuti penurunan bunga simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) dan kredit perbankan dengan besaran setara.

Bunga deposito 1 bulan misalnya, hanya turun 29 bps dari 4,81 persen pada awal 2025 menjadi 4,52 persen pada September 2025.

Dipengaruhi oleh pemberian special rate kepada deposan besar, yang nilainya mencapai 26 persen dari total DPK di perbankan.

“Penurunan bunga kredit bahkan berjalan lebih lambat, hanya 15 bps dari 9,20 persen pada awal 2025 menjadi 9,05 persen pada September 2025,” kata Perry dalam konferensi pers daring hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan BI di Jakarta, Rabu (22/10/2025).

Karena itu, penyaluran kredit pun masih stagnan. Pada September 2025 hanya tumbuh 7,70 persen (yoy), hanya meningkat sangat tipis dibanding 7,56 persen (yoy) pada Agustus 2025. Tahun lalu penyaluran kredit masih di atas 10 persen (yoy) atau double digit.

“Permintaan kredit belum kuat dipengaruhi suku bunga kredit yang masih relatif tinggi, selain karena sikap pelaku usaha yang masih wait and see, dan optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi,” ujar Perry.

Baca juga: Penyaluran Kredit Diperkirakan Baru Meningkat Pada Triwulan IV

Perkembangan itu tercermin dari fasilitas pinjaman yang belum dicairkan (undisbursed loan) pada September 2025 yang masih cukup besar.

Mencapai Rp2.374,8 triliun atau 22,54 persen dari plafon kredit yang tersedia. Terutama pada segmen korporasi dengan kontribusi utama dari sektor perdagangan, industri, dan pertambangan, serta kredit modal kerja.

Gubernur Perry menjelaskan, dari sisi penawaran, kapasitas pembiayaan bank memadai. Ditopang rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 29,29 persen, dan DPK yang tumbuh 11,18 persen (yoy) pada September 2025.

Pertumbuhan DPK yang tinggi itu, seiring dengan ekspansi keuangan pemerintah termasuk penempatan dana pemerintah pada beberapa bank besar, serta kebijakan pelonggaran likuiditas dan insentif kebijakan makroprudensial Bank Indonesia.

Perry menyebut, minat penyaluran kredit perbankan pada umumnya cukup baik sebagaimana tecermin pada persyaratan pemberian kredit (lending requirement) yang cukup longgar. Kecuali pada segmen kredit konsumsi dan UMKM, seiring dengan sikap hati-hati bank di tengah risiko kredit pada kedua segmen tersebut.

Baca juga: Minim Proyek Baru, Penyaluran Kredit Properti Kian Melorot

Pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsi melambat menjadi masing-masing 3,37 persen (yoy) dan 7,42 persen (yoy). Sedangkan pertumbuhan kredit investasi meningkat menjadi 15,18 persen (yoy).

Kredit UMKM dan pembiayaan syariah tumbuh melambat menjadi masing-masing 0,23 persen (yoy) dan 7,55 persen (yoy).

“Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit 2025 berada pada batas bawah kisaran 8-11 persen, dan baru meningkat pada 2026. Penyaluran kredit perlu terus ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” pungkas Gubernur Perry.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini