Cushman: 2026 Bisnis Properti Makin Baik, Pembangunan MRT Salah Satu Pendorong
Cushman & Wakefield Indonesia kembali merilis laporan mengenai bisnis properti khususnya evaluasi kinerja tahun 2025 dan proyeksi tahun 2026. Pada riset kali ini, Cushman & Wakefield juga memaparkan kajian terbaru mengenai perkembangan pasar properti dan dinamika kawasan yang berada di sepanjang koridor MRT Jakarta.
MRT yang merupakan bagian dari konsep transit oriented development (TOD) terus didorong khususnya di sepanjang jalur MRT. Konsep ini bukan hanya meningkatkan konektivitas dan kualitas hidup tapi juga menciptakan berbagai peluang investasi yang signifikan bagi pengembangan kawasan terpadu.
Secara umum, menurut Director of Strategic Consulting Cushman & Wakefield Arief Rahardjo, memasuki tahun 2026 ini pasar perkantoran, ritel, hunian, hotel, dan industri diproyeksikan tetap tangguh yang didukung oleh pengembangan infrastruktur, kebijakan pemerintah, serta ekspansi bisnis yang berkelanjutan.
“Dengan sinergi antara pembangunan transportasi masal dan tata ruang kota, Cushman & Wakefield percaya bahwa koridor MRT akan menjadi katalis utama dalam membentuk kota Jakarta yang lebih livable, inklusif, dan berdaya saing tinggi,” ujarnya saat paparan kepada kalangan media secara daring Rabu (17/12). Berikut rangkuman data dari setiap sektor yang dipaparkan Arief.
Baca juga: LRT Jabodebek Tumbuhkan Pusat Ekonomi Baru Hingga Tingkatkan Harga Properti
Perkantoran
Perkantoran di area CBD khususnya yang dilintasi jalur MRT telah jadi magnet permintaan dengan penyerapan bersih mencapai 105 ribu m2 sepanjang tahun 2025. Tingkat hunian meningkat menjadi 76,7 persen dan diperkirakan akan naik ke 78,8 persen pada tahun 2026 khususnya karena tidak ada pasokan baru hingga 2027.
Harga sewa dasar rata-rata mencapai Rp173.900/m²/bulan, naik 3 persen secara tahunan (yoy) dan diproyeksikan tumbuh 4 persen pada 2026. Gedung di sepanjang jalur MRT menunjukkan tingkat hunian lebih tinggi dibandingkan lokasi non-MRT, menjadikan koridor Thamrin–Kota Tua sebagai hotspot pengembangan berikutnya.
Ritel
Aktivitas di koridor MRT juga telah mendorong sektor ritel dengan terus meningkatnya ekspansi. Pasar ritel Jakarta tetap resilien dengan okupansi 77,2 persen meski ada tambahan pasokan. Tahun 2026 diperkirakan hadir 61 ribu m² ruang ritel baru terutama di luar CBD.
Permintaan didorong oleh ekspansi merek internasional dan F&B seperti 88SEOUL, Beauty in the Pot, serta brand mewah Hermès, Loewe, Jimmy Choo. Kawasan ritel di sepanjang jalur MRT Fase 1 dan 2 menjadi pusat pertumbuhan dengan harga sewa dasar stabil di Rp834.900/m²/bulan.
Kondominium
Insentif pajak dan akses transportasi telah mendorong segmen apartemen atau kondominium di Jakarta. Segmen ini diproyeksikan menambah 11.300 unit pada 2026 yang mayoritas di Tangerang dan Bekasi. Insentif PPN DTP yang diperpanjang hingga 2027 telah menjaga keterjangkauan dan mendorong penjualan dengan tingkat serapan diperkirakan tetap kuat di 94 persen.
Baca juga: MRT Jakarta Kerjasama dengan China Kembangkan TOD di Jalur MRT
Hunian tapak atau landed house juga menunjukkan ketahanan yang didukung oleh pengembangan township dan akses tol. Konsep itu telah membuat harga lahan naik 3 persen ke Rp13,2 juta/m². Proyek dekat MRT, LRT, dan KRL mencatat kinerja penjualan yang lebih baik.
Industri
Kawasan industrial terus berekaspansi ke koridor timur. Permintaan lahan industri diperkirakan mencapai 250 ha pada 2025 dan terus meningkat di 2026 yang didorong oleh investor asing khususnya sektor EV, manufaktur, dan data center. Harga lahan diproyeksikan naik ke Rp2,98 juta/m² sementara tarif sewa gudang mencapai Rp84.073/m²/bulan. Ekspansi kawasan industri akan meluas ke Purwakarta dan Subang.