Dubai, Harga Rumahnya Tumbuh Paling Tinggi

Survei residensial global Knight Frank menunjukkan pertumbuhan indeks harga rumah secara global pada kuartal pertama 2014 lebih rendah dibanding kondisi kurtal terakhir 2013. Pada periode tiga bulan pertama 2014, indeks harga rumah hanya tumbuh 0,6 persen, sementara pada kuartal akhir 2013 sebesar 1,2 persen. Tapi dibanding periode yang sama tahun 2013 ada kenaikan hingga 7,1 persen. “Penurunan itu disebabkan pertumbuhan ekonomi dunia yang masih lemah,” kata Kate Everett-Allen, Head of Reseach International Residential Knight Frank.
Dari 54 negara yang disurvei, Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), menempati posisi teratas dalam pertumbuhan harganya, baik per kuartal maupun tahunan. Indeks harga di Dubai per Maret 2014 tumbuh 27,7 persen. Angka ini naik tipis 3,4 persen dibandingkan kondisi akhir tahun 2013. Kate Everett juga menjelaskan, pembatasan KPR dan naiknya bea balik nama mempengaruhi pasar properti di UEA.
Selain UEA ada beberapa negara lain yang indeks harga rumahnya year on year meningkat di atas 10%. Antara lain China (17,5%), Brazil (12,1%), Australia (10,9%) dan Amerika Serikat (10,3%). Di mana posisi Indonesia? Posisinya di peringkat ke-13 dengan pertumbuhan tahunan sebesar 9,1 persen, dan pertumbuhan antarkuartal sebesar 2,6 persen.
The Global House Price Index kuartal 1 2014 itu juga menunjukkan bahwa negara-negara Eropa timur dan selatan menempati posisi terendah. Pertumbuhan harganya bahkan negatif, seperti Siprus (-8,7%), Yunani (-8,4%), dan Spanyol (-4%). Termasuk di posisi terendah adalah Jepang dan Singapura, masing-masing mengalami pertumbuhan negatif 1,1% dan 0,1%.
Jika negara-negara Eropa timur sedang melemah pasarnya, menurut Everett-Allen, pertumbuhan di Singapura tertahan oleh pengetatan pengucuran KPR. Sementara di Jepang, abenomic, julukan kebijakan ekonomi Perdana Menteri Shinzo Abe, belum cukup mendorong naiknya harga rumah di sana.
Knight Frank berharap kinerja indeks ini akan menguat pada kuartal kedua 2014. Kebijakan Federal Reserve, Bank of England, dan European Central Bank sangat diharapkan untuk bisa mendorong kenaikan pasar rumah dunia. Namun isunya saat ini bukan meningkatkan suku bunga melainkan bagaimana kebijakan bank-bank sentral itu mampu mempercepat petumbuhan pasar. Ayu