Jakarta Nomor Satu Dalam Kemacetan

Sekali lagi Jakarta dapat predikat kurang menyenangkan. Ibukota negara ini menempati peringkat nomor satu paling buruk sebagai kota paling macet. Penilaian ini didasarkan pada lamanya kendaraan berhenti di jalan. Menurut Castrol Magnatec Stop-Start Index, di Jakarta tercatat rata-rata 33.240 kali proses berhenti-jalan (stop-start) per tahun.
Indeks ini mengacu pada data navigasi pengguna Tom Tom, sebuah mesin GPS untuk menghitung jumlah berhenti dan jalan setiap kilometer kendaraan dikalikan dengan jarak rata-rata yang ditempuh per tahunnya.
Menanggapi hal ini, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), menyebut wajar karena Jakarta belum memiliki sarana transportasi massal berbasis rel. “Jepang saja yang setiap kotanya sudah punya transportasi massal bagus masih macet kok, apalagi Jakarta,” ujarnya di Balaikota, Rabu (4/2).
Karena itu Pemprov DKI terus berupaya mengurangi kemacetan di wilayahnya. Salah satunya rencana memfungsikan kembali jalur kereta api Tanjung Priok-Kota. Begitu juga proyek kereta Bandara yang ditargetkan beroperasi tahun depan. Sementara itu proyek mass rapid transit (MRT) juga dalam tahap pengerjaan konstruksi.
“Kalau nggak punya sistem transportasi berbasis rel pasti macet, makanya ini mulai kita bangun sedikit demi sedikit transportasi berbasis rel. Warga Jakarta bersabar dulu lah paling nggak 30-40 tahun baru kemacetan Jakarta bisa diurai,” katanya santai. Berikut kota-kota di dunia dengan kategori terburuk dan terbaik berdasarkan indeks stop-start.
Terburuk:
- Jakarta, Indonesia – 33.240
- Istanbul, Turki – 32.520
- Kota Meksiko, Meksiko – 30.840
- Surabaya, Indonesia – 29.880
- Petersburg, Rusia – 29.040
- Moskow, Rusia – 28.680
- Roma, Italia – 28.680
Terbaik:
- Tampere, Finlandia – 6.240
- Rotterdam, Belanda – 6.360
- Bratislava, Slovakia – 6.840
- Abu Dhabi, Uni Emirat Arab – 6.840
- Brisbane, Australia – 6.960
- Antwerp, Belgia – 7.080
- Porto, Portugal – 7.200