Sabtu, September 6, 2025
HomeBerita PropertiBanyak Kemudahan Membeli Rumah, Kenapa Milenial Tetap Kesulitan?

Banyak Kemudahan Membeli Rumah, Kenapa Milenial Tetap Kesulitan?

Para pengembang memberikan berbagai gimmick agar tetap bisa membukukan penjualan saat bisnis properti tengah lesu sekian tahun terakhir. Banyak pengembang menurunkan segmen pasar agar produknya bisa diakses oleh pasar yang lebih luas khususnya dari kalangan pekerja milenial.

Aneka insentif itu juga didukung bank-bank penyalur kredit pemilikan rumah dan apartemen (KPR/KPA) dengan memberikan kemudahan membeli rumah secara kredit terutama kepada kaum muda milenial. Bank-bank memberikan persyaratan uang muka yang ringan, bunga sangat rendah selama beberapa tahun, dan tenor atau jangka waktu kredit yang lebih lama.

Namun, berbagai kemudahan ini nyatanya tidak bisa juga mendongkrak penjualan. Pengembang tetap kesulitan membukukan penjualan yang memuaskan, sedangkan bank tidak mencatat pertumbuhan penyaluran KPR/KPA yang besar. Kalangan milenial yang disasar  pengembang dan bank seperti cuek bebek dengan berbagai kemudahan itu.

Menurut Aldi Garibaldi, Senior Associate Director Capital Markets and Investment Services Colliers International Indonesia (CII), sebuah perusahaan riset, manajemen, dan konsultan properti, kebanyakan kaum milenial tetap sukar mengakses rumah bukan hanya karena masalah keuangan tapi lebih kompleks lagi seiring perkembangan zaman dan perubahan lifestyle.

“Kalau generasi muda dulu nggak masalah beli rumah Rp600 jutaan di pinggiran kota, sekarang tantangannya semakin berat bagi milenial,” katanya kepada housingestate.id saat paparan Jakarta Property Up Date Colliers Quartely (Q1) 2019 di Jakarta, Selasa (2/4/2019).

Gambarannya begini. Katakan pekerja milenial sanggup mencicil rumah seharga Rp600 juta di pinggir kota dengan angsuran Rp6 juta/bulan. Yang membuatnya berat, milenial itu juga harus mencicil mobil sekitar Rp4-Rp5 juta/bulan sehingga semakin tidak terjangkau. Belum lagi kalau sudah punya anak yang membuat keuangannya semakin tertekan dan sulit mencicil rumah.

Memang ada kemudahan seperti transportasi online dan perkembangan digital lainnya. Namun hal itu tidak bisa mengurangi biaya secara siginifikan, dalam arti kemampuan keuangan dibandingkan keharusan mengorbankan lifestyle-nya. Karena itu banyaknya program kemudahan dari pengembang dan perbankan tetap tidak bisa mengangkat kemampuan kebanyakan milenial membeli hunian.

“Yang juga harus dilihat, perkembangan ekonomi belakangan ini jauh berbeda dibandingkan beberapa dekade lalu. Ekonomi baru sekarang nggak menciptakan lapangan pekerjaan yang besar dibandingkan zaman perkembangan sektor oil and gas dan industri lainnya. Jadi, berbagai kemudahan yang ditawarkan pengembang dan bank itu tetap membuat milenial bisa mempertahankan lifestyle-nya apa tidak? Kebanyakan tidak. Makanya milenial tetap enggan membeli rumah,” jelasnya.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini