Akhirnya Rupiah Menguat Juga, Tapi Masih di Atas Rp16.000

Setelah melemah di atas Rp16.400 per satu dolar AS (USD), pada pekan terakhir Juni rupiah menguat ke bawah Rp16.400. Menurut Bloomberg, dipasar spot rupiah ditutup Rp16.375. Dalam sepekan terakhir rupiah menguat 0,46% atau naik sekitar 0,19% secara harian.
Sementara di JISDOR, rupiah menguat 0,16% menjadi Rp16.394 pada penutupan perdagangan 28 Juni 2024. Selama sepekan terakhir di pasar valas antar bank itu, kurs rupiah menguat 0,39% dibanding akhir pekan lalu (21 Juni 2024) yang tercatat Rp16.458.
Kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) masih menjadi faktor utama pelemahan dan penguatan rupiah, seperti halnya mata uang negara lain di dunia.
Data konsumsi AS yang direvisi ke bawah meningkatkan kemungkinan pemotongan suku bunga bank sentral AS The Fed. Sentimen itu membuat sebagian investor mulai melepas dolar AS.
Bank Indonesia (BI) sendiri mencatat melalui rilisnya 28 Juni 2024, berdasarkan data transaksi 24–27 Jun 2024, nonresiden (investor asing) melakukan beli neto Rp19,69 triliun.
Terdiri dari beli neto Rp8,30 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp2,23 triliun di pasar saham yang membuat IHSG menguat, dan beli neto Rp9,16 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen s.d. 27 Jun 2024, nonresiden tercatat melakukan jual neto Rp36,46 triliun di pasar SBN, jual neto Rp9,78 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp123,21 triliun di SRBI.
Baca juga: Bos BI: Penurunan Rupiah Tidak Sebesar Mata Uang Lain, Nanti Akan Stabil
Pada penutupan perdagangan Kamis, 27 Juni 2024, BI mencatat kurs rupiah di level (bid) Rp16.395 per USD. Sementara yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 7,094%, DXY menguat ke level 105,91, dan yield UST (US Treasury Note) 10 tahun naik ke level 4,286%.
DXY atau Indeks Dolar adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF). UST adalah surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun.
Sedangkan premi risiko berusaha atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun, naik menjadi 78,06 bps, dibanding 76,48 bps per 21 Juni 2024. Sedangkan pada pembukaan perdagangan Jumat, 28 Juni 2024, rupiah dibuka melemah ke level (bid) Rp16.410/USD. Sedangkan yield SBN 10 tahun turun ke level 7,07%.