Sabtu, September 6, 2025
HomeMoneterBI Klaim Rupiah Menguat Karena Kebijakan Moneter

BI Klaim Rupiah Menguat Karena Kebijakan Moneter

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, nilai tukar Rupiah menguat karena bauran kebijakan moneter BI dalam memitigasi dampak rambatan gejolak keuangan global.

Melalui keterangan tertulis mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur BI, 16-17 Juli 2024, yang disampaikan Asisten Gubernur BI Erwin Haryono, Rabu (17/7/2024), Perry menyatakan, nilai tukar Rupiah pada Juli 2024 (hingga 16 Juli 2024) menguat 1,21 persen dibanding akhir Juni 2024.

“Penguatan Rupiah itu dipengaruhi komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukarnya, dan karena fundamental perekonomian Indonesia yang kuat,” katanya.

Perry mengakui, nilai tukar Rupiah melemah 4,84 persen selama tahun kalender (ytd) dibanding akhir Desember 2023. Tapi, lebih rendah dibanding pelemahan mata uang lain seperti Peso Filipina (5,14 persen), Baht Thailand (5,44 persen), dan Won Korea (7,03 persen).

Ke depan Perry berpendapat, nilai tukar Rupiah diprakirakan bergerak stabil dalam kecenderungan menguat. Antara lain karena menariknya imbal hasil (surat berharga yang diterbitkan BI dan pemerintah), rendahnya inflasi, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ditambah komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar Rupiah, dengan mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing.

Baca juga: BI Rate Tetap 6,25 Persen, Rupiah Menguat

Bank Indonesia terus mengoptimalkan pemanfataan seluruh instrumen moneter seperti SRBI, SVBI (Sekuritas Valas Bank Indonesia), dan SUVBI (Sukuk Valas Bank Indonesia), guna menarik aliran masuk modal asing yang selanjutnya memperkuat nilai rupiah.

Hingga 15 Juli 2024 outstanding SRBI, SVBI, dan SUVBI tercatat Rp775,45 triliun, 1,82 miliar dolar AS, dan 267 juta dolar AS.

“Penerbitan SRBI mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri (dan memperkuat nilai tukar rupiah). Tecermin dari kepemilikan nonresiden (asing) yang mencapai Rp220,35 triliun atau 28,42 persen dari total outstanding,” tulis keterangan BI.

 

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini