Juli 2024 Surplus Neraca Perdagangan Anjlok

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2024 mencapai 0,47 miliar dolar AS (USD). Dengan demikian selama 51 bulan berturut-turut (sejak Mei 2020) neraca perdagangan Indonesia surplus. Namun, surplus neraca perdagangan Juli 2024 itu anjlok dibanding surplus Juni 2024 yang tercatat USD2,39 miliar.
Kemerosotan surplus neraca perdagangan itu sudah terlihat sejak Mei 2024. Saat itu surplus tercatat USD2,93 miliar, hanya naik USD0,21 miliar dibanding April. Juni 2024 surplus itu menurun menjadi USD2,39 miliar, sebelum anjlok menjadi USD0,47 miliar pada Juli 2024.
Penyebab kemerosotan surplus neraca perdagangan itu, peningkatan impor jauh lebih besar daripada ekspor. Bank Indonesia (BI) melalui keterangan resmi yang dirilis Kamis (15/8/2024), menyatakan surplus neraca perdagangan itu tetap positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
Surplus neraca perdagangan Juli 2024 bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas Juli 2024 yang mencapai USD2,61 miliar. Sejalan dengan ekspor nonmigas yang meningkat, mencapai USD20,79 miliar, dan juga impor nonmigas yang tercatat USD18,18 miliar.
Baca juga: Surplus Neraca Perdagangan Masih Berlanjut Tapi Terus Menurun
Kinerja positif ekspor nonmigas itu didukung ekspor komoditas berbasis sumber daya alam seperti bijih logam, terak, dan abu, ekspor produk manufaktur seperti logam mulia dan perhiasan/permata, mesin dan peralatan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan India masih menjadi kontributor utama ekspor Indonesia. Disusul ke negara-negara ASEAN dan Uni Eropa.
Sementara impor nonmigas Juli 2024 meningkat, terutama impor bahan baku dan barang modal, yang mendukung aktivitas ekonomi domestik. Begitu pula defisit neraca perdagangan migas, naik menjadi USD2,13 miliar, sejalan dengan peningkatan impor migas yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan ekspornya.