Sabtu, September 6, 2025
HomeNewsEkonomiBI Optimalkan 3 Instrumen Ini Supaya Rupiah Terus Menguat

BI Optimalkan 3 Instrumen Ini Supaya Rupiah Terus Menguat

Nilai tukar rupiah yang kuat dan stabil sangat penting bagi perekonomian sebuah negara. Kurs rupiah yang selalu bergejolak membuat perencanaan ekonomi dan bisnis menjadi sulit.

Harga berbagai produk impor juga menjadi lebih mahal, yang selanjutnya mempengaruhi harga berbagai barang dan jasa di dalam negeri. Contoh paling gampang, harga BBM.

Bila kurs rupiah melemah, impor BBM otomatis lebih mahal. Dalam hal ini pemerintah hanya punya dua pilihan: menaikkan harga jual BBM di dalam negeri atau menambah subsidi. Keduanya pilihan yang sulit.

Sejak kemarin (20/9/2024) nilai tukar rupiah sudah menguat ke level Rp15.150. Terkuat sejak 13 bulan terakhir. Dipicu terutama oleh penurunan bunga acuan The Fed atau Fed Funds Rate (FFR) dan pemangkasan BI Rate.

Untuk menjaga agar kurs rupiah itu lebih stabil, tidak kembali bergejolak dan amblas seperti sebelumnya yang sempat mencapai Rp16.600 per dolar AS (USD), Bank Indonesia akan mengoptimalkan 3 instrumen moneter promarket.

Yaitu, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

Mengutip keterangan tertulis hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, Rabu (18/9/2024), optimalisasi tiga instrumen itu juga untuk menjaga inflasi tetap rendah, mempercepat pendalaman pasar uang dan pasar valas, dan mendorong aliran masuk modal asing portofolio ke dalam negeri.

Hingga 17 September 2024, BI mencatat posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI tercatat Rp918,42 triliun, USD2,95 miliar, dan USD280 juta.

Dari outstanding SRBI Rp918,42 triliun itu, sebanyak Rp246,08 triliun atau 26,79 persen dipegang nonresiden (asing).

“Penerbitan SRBI telah mendukung upaya peningkatan aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri, dan memperkuat nilai tukar rupiah,” tulis keterangan RDG BI.

Baca juga: Rupiah Makin Perkasa, Ditutup Rp15.150 per Dolar AS

SRBI memang menjadi favorit investasi asing portofolio, karena menawarkan imbal hasil atau yield yang lebih tinggi daripada Surat Berharga Negara (SBN) terbitan pemerintah Indonesia.

Kalau suku bunga pasar uang (IndONIA) bergerak di sekitar BI-Rate sebesar 6,44 persen per 17 September 2024, bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan per 13 September 2024 tercatat 6,99 persen, 7,09 persen, dan 7,11 persen.

Sebaliknya, yield SBN jangka waktu (tenor) 2 dan 10 tahun menurun, per 17 September 2024 tercatat di level 6,47 persen dan 6,55 persen.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini