Bunga Acuan Dipangkas, Kinerja BTN Moncer Lagi?

Bank Tabungan Negara (BTN) tetap mencatat kinerja positif pada Agustus 2024, namun peningkatannya melambat dibanding periode yang sama tahun lalu.
Bank yang fokus membiayai perumahan itu mencatat laba bersih Agustus 2024 sebesar Rp1,81 triliun. Menurun 9,75 persen dibanding Agustus 2023 (yoy) yang tercatat Rp2,00 triliun.
Penurunan laba bersih BTN tahun berjalan Agustus 2024 itu, lebih tinggi dibanding penurunan Juli 2024 yang tercatat 5,8 persen yoy.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae, kenaikan bunga acuan BI Rate sejak setahun terakhir membuat likuiditas di pasar mengetat dan bunga simpanan meningkat.
Di sisi lain kenaikan biaya dana itu tidak serta merta diikuti perbankan dengan menaikkan bunga kredit.
“Mereka lebih memilih menjaga kualitas kredit (ketimbang menaikkan bunga), dengan risiko mengurangi margin (keuntungan),” kata Dian kepada pers pekan lalu.
Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) BTN tercatat 3 persen, dibanding NPL perbankan yang hanya 2,2 persenan. Menaikkan bunga kredit bisa menurunkan kualits kredit dan meningkatkan rasio NPL tersebut.
Penurunan margin keuntungan itu memang dialami BTN. Mengutip investor.id, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BTN Agustus 2024 turun 11,01 persen menjadi Rp7,87 triliun.
Penyebabnya, pendapatan bunga tumbuh melambat, namun beban bunga meningkat lebih tinggi. Pendapatan bunga BTN Agustus 20024 naik 8,61 persen dibanding Juli yang mencapai 9,80 persen.
Pada saat yang sama beban bunga meningkat 27,01 persen, lebih tinggi dibanding Juli 2024 yang tercatat 26,79 persen.
BTN mencoba menggenjot pendapatan bukan bunga. Tapi, pendapatan komisi misalnya, hanya naik 7,96 persen menjadi Rp989,15 miliar, pendapatan lainnya melesat 35,99 persen menjadi Rp891,70 miliar. Sementara biaya provisi bisa ditekan sampai 49,09 persen menjadi Rp1,31 triliun.
Namun, semua itu belum memadai untuk mendongkrak laba operasional BTN Agustus 2024 yang tetap turun 8,65 persen menjadi Rp2,29 triliun.
Total kredit dan pembiayaan syariah BTN juga hanya meningkat 13,05 persen yoy menjadi Rp355,26 triliun pada Agustus 2024, lebih rendah dibanding peningkatan Juli yang mencapai 14,39 persen yoy.
Baca juga: Dana Mahal, BTN Kendorkan Penyaluran Kredit
Peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BTN juga menurun. Pada Agustus DPK tumbuh 16,49 persen yoy menjadi Rp373,88 triliun, dibanding 17,54 persen pada Juli 2024 yoy.
Yang tumbuh tinggi pun DPK berupa deposito sebesar 25,04 persen menjadi Rp192,89 triliun.
Sedangkan DPK tabungan dan giro yang merupakan dana murah atau CASA (current account saving account), hanya tumbuh 3,94 persen dan 12,69 persen menjadi Rp39,54 triliun dan Rp141,43 triliun.
Alhasil, penghimpunan CASA BTN hanya tumbuh 8,58 persen menjadi Rp180,98 triliun, sehingga rasio dana murah atau CASA terhadap total DPK menyusut yoy dari 51,93 persen menjadi 48,41 persen pada Agustus 2024.
Makin besar rasio CASA, makin tinggi pula potensi sebuah bank meningkatkan penyaluran kredit karena bunganya lebih kompetitif.
Pemangkasan BI Rate menjadi 6 persen pekan lalu berpotensi membuat kinerja BTN moncer lagi, juga kinerja perbankan secara keseluruhan. Hal itu dibenarkan Dian.
Pasalnya pemangkasan bunga acuan yang diikuti dengan penguatan nilai tukar rupiah itu, akan mendorong penurunan bunga simpanan yang selanjutnya menggairahkan penyaluran kredit.