Mau Jadi Investor Properti? Hati-hati Terjebak Jadi Accumulator Cash

Produk properti memiliki beberapa kelebihan bila dikaitkan sebagai instrumen investasi. Produk properti bisa menghasilkan keuntungan yang besar karena harganya yang akan selalu naik tanpa perlu melakukan apapun minimal setara dengan inflasi.
Hal ini membuat banyak pemegang modal menjadikann produk properti salah satu andalan untuk membiakkan nilai kekayaannya.
Selain itu keuntungan yang bisa didapatkan dari produk properti juga bisa beragam. Produk ini juga menawarkan keuntungan bukan hanya dari kenaikan harga (capital gain) tapi juga bisa disewakan (capital yield) atau dinikmati sendiri
Makanya mayoritas orang kaya maupun pemegang kapital lainnya menjadikan produk properti sebagai salah satu instrumen yang digunakan untuk membiakkan nilai kapitalnya. Namun begitu tentu ada plus-minus dari setiap instrumen investasi yang dipilih.
Menurut Pengamat Properti Panangian Simanungkalit, kalangan investor khususnya perorangan yang menjadikan produk properti sebagai instrumen investasinya akan terperangkap pada risiko yang bisa muncul khususnya dari berbagai biaya yang timbul dari produk propertinya.
“Tentu ada risiko dari produk properti yang kita pegang bila tidak tersewa maupun terjual sesuai harapan dan itu memberikan ketidakpastian. Di sisi lain biaya-biaya harus tetap dikeluarkan misalnya untuk maintenance, pajak-pajak, dan lainnya,” bebernya.
Panangian juga mengingatkan bagi kalangan investor properti perorangan yang bukanlah tipe accumulator cash sehingga bila propertinya itu idle malah akan menguras cash yang dimiliki.
Investor properti perorangan juga umumnya menggunakan pola pikir ingin memiliki properti sebanyak mungkin karena merasa akan meningkatkan asetnya dan membiakkan nilai kekayaannya.
Padahal fakta maupun kemungkinan yang bisa terjadi dengan memiliki banyak produk properti juga memunculkan risiko berupa tidak adanya pemasukan tunai atau yield sewa dari propertinya tersebut.
Berbagai biaya pajak maupun maintenance juga harus tetap ditunaikan seperti iuran pengelolaan lingkungan (IPL), service management, pajak-pajak, hingga perawatan rutin.
Saat situasi krisis misalnya, produk properti bisa sulit dijual bahkan bisa jatuh harga pasarannya. Hal ini berbeda dengan investor dengan tipe accumulator cash.
Kalangan ini bisa membeli produk properti yang bagus sekaligus memproyeksikan maupun mengincar pemasukan berupa cash yang diperhitungkan dari awal sehingga produk yang dibelinya hampir pasti menguntungkan.
Baca juga: Investasi Properti itu Cengli Asal Mengerti
Ada banyak strategi yang bisa diterapkan untuk tipe accumulator cash ini misalnya konsep trading yang mengaplikasikan prinsip buy to sell.
Kemudian investing dengan pola buy to hold yang berorientasi untuk mendapatkan yield sewa maupun berbagai proyeksi lainnya yang diperhitungkan dengan matang dan bertujuan untuk mencari cuan dari produk properti yang diincarnya.
Panduan penting untuk investasi properti adalah timing yang tepat. Prinsipnya, naik-turunnya industri properti akan bersamaan dengan situasi yang terjadi pada perekonomian nasional bahkan bisa saling memengaruhi baik langsung maupun tidak langsung.
“Sektor properti kita sudah melambat sejak tujuh tahun terakhir dan per tahun 2022 mulai terasa indikasi bisnis properti yang masuk masa kebangkitan. Itu artinya untuk tahun-tahun mendatang kita akan memasuki lagi fase booming sehingga saat ini menjadi timing yang baik untuk memulai investasi properti,” pungkasnya.