Sabtu, September 6, 2025
HomeNewsEkonomiNilai Tukar Rupiah Kembali Melemah Mendekati Rp15.500

Nilai Tukar Rupiah Kembali Melemah Mendekati Rp15.500

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali mendekati Rp15.500 setelah dua pekan lalu sempat mendekati Rp15.000.

Menurut keterangan Bank Indonesia (BI) melalui Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Ramdan Denny Prakoso kemarin (4/10/2024), pada penutupan perdagangan Kamis (3/10/2024) rupiah melemah ke level Rp15.415/USD.

Sementara imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun naik ke 6,51 persen, indeks dolar atau DXY (indeks yang menunjukkan pergerakan USD terhadap 6 mata uang negara utama lainnya: EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF) menguat ke level 101,99, dan yield surat utang pemerintah AS naik ke 3,846 persen.

Begitu pula premi risiko berusaha atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun, per 3 Oktober 2024 tercatat 68,02 bps, naik dibandingkan 27 September 2024 sebesar 67,50 bps.

Pada pembukaan perdagangan Jumat (4/10/2024) rupiah (bid) makin melemah ke level Rp15.480. Sedangkan yield SBN 10 tahun naik ke 6,62 persen.

Pelemahan rupiah diikuti penurunan aliran masuk modal asing portofolio. Kali ini karena asing banyak melepas pemilikan sahamnya di pasar modal Indonesia.

Berdasarkan data transaksi 30 September–3 Oktober 2024, nonresiden (asing) secara agregat tercatat beli neto Rp0,57 triliun saja.

Yaitu, beli neto di pasar SBN Rp6,13 triliun, jual neto di pasar saham Rp4,36 triliun, dan jual neto di pasar SRBI (Sekuritas Rupiah BI) Rp1,20 triliun.

Selama 2024, berdasarkan data setelmen s.d. 3 Oktober 2024, asing tercatat beli neto Rp191,75 triliun di SRBI, Rp49,92 triliun di pasar saham, dan Rp36,42 triliun di pasar SBN.

Selama semester-II 2024 (1 Juli-3 Oktober), asing tercatat beli neto di SRBI Rp61,41 triliun, SBN Rp70,38 triliun, dan saham Rp49,58 triliun.

Baca juga: Rupiah Makin Perkasa, Ditutup Rp15.150 per Dolar AS

​Para pengamat menyebut faktor eksternal seperti perkembangan ekonomi AS terutama data tenaga kerjanya, menjadi pemicu depresiasi rupiah. Bila laporannya lebih baik dari perkiraan, USD akan makin menguat dan rupiah kian tertekan.

Kemudian tensi geopolitik di Timur Tengah menyusul konflik yang kian terbuka antara Israel dan Iran, juga menjadi pemicu pelemahan rupiah. Perang kedua negara akan memicu kenaikan harga minyak dunia.

Karena itu investor wait and see dan memilih mengamankan dana di USD sebagai safe heaven, dan indeks dolar atau DXY menguat sepekan terakhir. Pada pembukaan perdagangan Senin (7/10/2024) rupiah diperkirakan masih akan terdepresiasi terhadap USD.

Berita Terkait

Ekonomi

Belasan Investor Kazakhstan Lirik IKN

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia...

Program Perumahan Salah Satu yang Diharapkan Buka Lapangan Kerja

Pemerintah terus menjalin kolaborasi dengan pelaku usaha untuk membuat...

Menko Airlangga Minta Pengusaha Tahan PHK dan Buka Program Magang Berbayar untuk Sarjana Baru

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta para pengusaha...

Berita Terkini