Impor Turun Lebih Dalam Daripada Ekspor, Surplus Neraca Dagang Makin Tinggi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia pada September mencapai USD22,08 miliar. Turun 5,80 persen secara bulanan (mtm) dibanding Agustus 2024, namun meningkat 6,40 persen secara tahunan (yoy) dibanding September 2023.
Sedangkan nilai impor September 2024 tercatat USD18,82 miliar, turun 8,91 persen (mtm) dibandingkan Agustus 2024, tapi meningkat 8,55 persen (yoy) dibanding September 2023.
Mengutip rilis BPS kemarin (15/10/2024), ekspor nonmigas menyumbang USD20,91 miliar dari total ekspor itu. Turun 5,96 persen dibanding Agustus 2024 (mtm), tapi naik 8,13 persen dibanding September 2023 (yoy).
Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari–September 2024 mencapai USD192,85 miliar, naik 0,32 persen dibanding periode yang sama tahun 2023. Sejalan dengan total ekspor, nilai ekspor nonmigas juga hanya naik 0,39 persen mencapai USD181,15 miliar.
Ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–September 2024 naik 2,52 persen dibanding Januari-September 2023, ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan meningkat 17,58 persen, sedangkan ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 8,79 persen.
Dari 10 komoditas dengan nilai ekspor nonmigas terbesar September 2024, sebagian besar mengalami penurunan. Penurunan terbesar pada lemak dan minyak hewani/nabati sebesar USD404,4 juta (16,91 persen). Yang meningkat ekspor besi dan baja senilai USD207,6 juta (10,41 persen).
Ekspor nonmigas September 2024 terbesar masih ke Tiongkok USD5,35 miliar, disusul Amerika Serikat USD2,22 miliar, dan Jepang USD1,55 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 43,57 persen.
Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar USD3,91 miliar dan USD1,56 miliar.
Impor migas anjlok
Sementara itu impor migas September 2024 senilai USD2,53 miliar, turun 4,53 persen secara bulanan (mtm) dibanding Agustus 2024, atau anjlok 24,04 persen dibanding September 2023.
Sedangkan nonmigas September 2024 senilai USD16,30 miliar, turun 9,55 persen dibanding Agustus 2024, namun meningkat 16,29 persen dibanding September 2023.
Dari 10 golongan barang utama impor nonmigas September 2024, mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya mengalami penurunan terbesar senilai USD342,1 juta (14,48 persen) dibanding Agustus 2024.
Golongan instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis mengalami peningkatan terbesar (9,21 persen) senilai USD33,5 juta.
Pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–September 2024 masih Tiongkok USD51,38 miliar (35,65 persen), Jepang USD10,53 miliar (7,31 persen), dan Australia USD7,32 miliar (5,08 persen).
Kemudian ASEAN USD25,67 miliar (17,81 persen) dan Uni Eropa USD9,43 miliar (6,54 persen).
Impor seluruh golongan barang selama Januari– September 2024 meningkat dibanding periode yang sama tahun 2023.
Golongan bahan baku/penolong naik tertinggi senilai USD4.726,5 juta (3,94 persen), diikuti barang modal USD953,5 juta (3,31 persen), dan barang konsumsi USD667,9 juta (4,26 persen).
Karena impor turun lebih dalam dibanding ekspor, ditambah merosotnya impor migas, neraca perdagangan Indonesia September 2024 surplus USD3,26 miliar, lebih tinggi dibanding Agustus yang tercatat USD2,9 miliar.
Berasal dari surplus sektor nonmigas USD4,62 miliar, dikurangi defisit sektor migas USD1,36 miliar.