BTN Triwulan III: Penyaluran Kredit Meningkat, Laba Merosot, Kredit Bermasalah Masih Tinggi

Bank Tabungan Negara (BTN) mencatat penyaluran kredit dan pembiayaan (syariah) Rp356,1 triliun per akhir September 2024. Tumbuh 11,9 persen secara tahunan (yoy) dibanding September 2023. Lebih tinggi dibanding pertumbuhan kredit industri perbankan yang tercatat 10,9 persen yoy.
Menurut Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu, tahun 2024 adalah tahun yang cukup menantang, karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga stagnan dan daya beli masyarakat melemah.
“Namun, di tengah kondisi itu BTN tetap mampu menjaga pertumbuhan kredit sesuai target di level 10-11 persen, terutama kredit untuk kalangan berpenghasilan rendah dan menengah,” katanya di Jakarta akhir pekan ini seperti dikutip keterangan resmi BTN.
Nixon menyatakan, pertumbuhan kredit BTN ditopang peningkatan permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) terutama KPR subsidi. Hingga September 2024, perseroan menyalurkan KPR subsidi Rp172,7 triliun, naik 9,5 persen (yoy) dibanding September 2023.
“KPR subsidi masih menjadi penyumbang terbesar kredit BTN,” ujar dia. Sebanyak 75 persen debitur KPR subsidi BTN itu adalah kaum milenial berusia 21-35 tahun.
Untuk KPR non subsidi, BTN melihat prospek penyaluran yang cerah berdasarkan tingginya minat pasar di segmen emerging affluent, atau KPR dengan ticket size di atas Rp750 juta, yang dilayani sales center perseroan.
Hingga Oktober 2024 BTN telah mengoperasikan 9 sales center. Tiga di antaranya berada di kawasan menengah ke atas di Jakarta: Pantai Indah Kapuk, Pondok Indah, dan Cibubur.
“Nasabah yang dilayani sales center rata-rata punya saldo tabungan tiga kali lipat nasabah KPR non subsidi pada umumnya. Saat ini sales center BTN berkontribusi lebih dari 20 persen terhadap penyaluran KPR non subsidi BTN. Karena prospeknya itu, BTN berencana menambah sales center-nya hingga 15 unit sampai akhir 2025.
Swmentara untuk segmen kredit BTN bermargin tinggi (high-yield loan), per September 2024 tumbuh 20,1 persen yoy menjadi Rp15,9 triliun.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) misalnya, melonjak 68,1 persen yoy, Kredit Ringan (KRING) meningkat 18,1 persen, Kredit Agunan Rumah (KAR) naik 10,9 persen yoy yang disalurkan kepada nasabah eksisting.
Penyaluran kredit meningkat, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) BTN menurun, dari 3,5 persen pada triwulan III 2023 menjadi 3,2 persen pada trowulan III 2024. Namun, kendati masih di bawah threshold, rasio NPL BTN itu masih terbilang tinggi dibanding NPL perbankan yang tercatat sekitar 2,2 persen.
“NPL BTN akan terus menurun pada akhir tahun ini, karena kami akan menyelesaikan bulk asset sales (penjualan aset dari agunan kredit bermasalah secara gelndongan) senilai Rp1,1 triliun hingga Rp1,5 triliun pada Desember,” kilah Nixon.
Laba merosot
Sementara penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BTN tumbuh 14,5 persen yoy menjadi Rp370,7 triliun, dibanding Rp323,9 triliun pada Sepetmebr 2023. Pertumbuhan DPK BTN itu jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan DPK perbankan nasional yang hanya 7,04 persen.
Pertumbuhan DPK BTN terutama ditopang peningkatan giro (dana murah) sebesar 25,9 persen yoy. Secara keseluruhan dana murah berupa tabungan dan giro (Current Account Saving Account/CASA) itu, menyumbang 51 persen total DPK BTN atau tumbuh 17,9 persen secara tahunan.
Di segmen ritel, BTN Prospera yang diluncurkan untuk segmen emerging affluent, tahun ini telah menyumbang Rp8 triliun terhadap total DPK BTN yang berasal dari 43.500 rekening baru.
Baca juga: Bunga Acuan Dipangkas, Kinerja BTN Moncer Lagi?
Transformasi digital yang dilakukan BTN juga mulai membuahkan hasil terhadap penghimpunan dana. Antara lain terlihat dari peningkatan pengguna aplikasi BTN Mobile yang mencapai 1,9 juta hingga September 2024.
Total transaksi BTN Mobile telah mencapai Rp60,1 triliun selama sembilan bulan 2024, melonjak 167,1 oersen (yoy) dari September 2023 yang baru Rp22,5 triliun.
BTN terus membidik lebih banyak transaksi digital melalui kampanye Bale by BTN, dengan menawarkan berbagai benefit untuk kebutuhan masa kini nasabah BTN.
“Strategi jangka panjang BTN menjadi bank transaksional mulai terlihat, dari adanya perbaikan struktur pendanaan yang ditopang oleh dana murah dari nasabah ritel dan institusi menengah,” kata Nixon.
Untuk itu BTN mempertajam strategi digital banking-nya, untuk mengembangkan full banking solution dengan membagi unit bisnis menjadi digital development dan digital sales.
Dengan pertumbuhan DPK yang mampu mengimbangi pertumbuhan kredit itu, BTN mampu menjaga rasio intermediasi atau loan to deposit ratio (LDR) di level 96 persen, membaik dibanding September 2023 sebesar 98,3 persen.
Pencapaian itu menunjukkan tingkat likuiditas BTN yang baik di tengah persaingan mendapatkan pendanaan yang ketat di industri perbankan saat ini.
Pertumbuhan kredit dan DPK yang solid hingga kuartal III-2024 itu, membuat aset BTN meningkat 11,1 persen yoy menjadi Rp455,1 triliun dibanding Rp409,7 triliun September 2023.
Kendati pertumbuhan kredit dan pembiayaan tinggi, di atas rata-rata industri perbankan, perolehan laba bersih BTN triwulan III merosot 10 persen menjadi Rp2,08 triliun dibanding Rp2,31 triliun September 2023.
Sekitar Rp535 miliar dari laba bersih itu disumbang unit usaha syariah yang konsisten tumbuh tinggi, baik penyaluran pembiayaan, pertumbuhan DPK, maupun perolehan labanya. Perolehan laba BTN Syariah triwulan III 2024 itu melesat 33,6 persen dibanding September 2024.
Nixon tidak menjelaskan penyebabnya, tapi kemungkinan karena biaya dana (DPK) yang tinggi dan masih besarnya rasio NPL BTN yang membuat bank spesialis perumahan itu harus menyiapkan pencadangan lebih banyak.