Rabu, Desember 31, 2025
HomeNewsEkonomiDaya Beli Sedang Payah, Kok yang Liburan Tetap Membludak?

Daya Beli Sedang Payah, Kok yang Liburan Tetap Membludak?

Ekonomi sedang tidak baik-baik saja dalam beberapa tahun ini. Daya beli melemah, PHK di banyak perusahaan, penggangguran meningkat, jumlah kelas menengah merosot, cari kerja susah, dan seterusnya.

Tapi, anehnya setiap musim liburan, termasuk musim libur panjang Imlek dan Isra’ Mi’raj selama 24-29 Januari 2025, orang yang liburan tetap membludak.

Pembelian tiket kereta jarak jauh dan kereta cepat misalnya, melonjak. Jalanan ke berbagai tempat hiburan dan rekreasi macet. Kafe-kafe dan mal ramai. Begitu juga berbagai tempat wisata. Apa yang terjadi?

Pakar manajemen dan guru besar FEB UI Profesor Rhenald Kasali menyampaikan analisisnya mengenai fenomena tersebut melalui Instagram @rhenald.kasali dikutip Rabu (29/1/2025).

Prof Rhenald menyebut libur panjang, jalanan macet kembali, dan libur tahun ini diperkirakan lebih dari 100 hari, karena banyak hari libur ditambah libur Sabtu Minggu.

“Kenapa jalan tetap ramai? Padahal, banyak yang mengatakan daya beli turun, jumlah kelas penengah berkurang, pengangguran banyak, orang pada kena PHK, anak muda susah cari kerja, dan seterusnya?” tanya Rhenald.

Baca juga: Libur Panjang, Pemesanan Tiket Kereta Jarak Jauh Membludak

Prof Rhenald menjelaskan, kondisi itu disebut ahli-ahli manajemen dengan istilah lisptick effect. Perubahan gaya konsumsi yang terjadi pada kondisi ekonomi tertentu.

Istilah itu pertama kali dicetuskan Chairman Emeritus perusahaan kosmetik The Estée Lauder Companies Inc Leonard Lauder, saat tragedi 9/11 di Amerika Serikat (AS) yang meluluh lantakkan gedung World Trade Centre di New York.

Akibat tragedi itu, daya beli masyarakat turun hingga sulit mencari pekerjaan, bahkan orang-orang juga kesulitan mengunjungi Amerika.

Namun, Lauder melihat keanehan, pada saat bersamaan penjualan lisptik justru meningkat. Apa yang terjadi?

Orang mencari kemewahan yang terjangkau untuk menghibur dirinya yang sedang kesulitan, orang mencari kebahagiaan tapi dengan biaya yang makin terjangkau.

“Lipstick adalah kemewahan yang terjangkau karena harganya tidak mahal,” ujar Prof Rhenald. Hal serupa terjadi pada produk skin care yang melonjak penjualannya selama Covid-19.

Baca juga: Daya Beli Melemah, yang Pelesiran ke Luar Negeri Tetap Melimpah

Dikaitkan dengan liburan, orang tetap menikmati liburan kendati ekonomi sedang tidak baik-baik saja, tapi ke tempat-tempat yang dekat yang biayanya terjangkau.

Misalnya, ke sekitar Jakarta, ke Bandung, atau yang sedikit jauh ke Yogya atau Jawa Tengah. Sedangkan yang punya uang lebih, liburan ke Bali.

“Masyarakat selalu mencari kemewahan bagi dirinya, untuk menghibur diri, untuk mendapatkan kebahagiaan (dalam kondisi apapun), tetapi (dalam kondisi saat ini) yang dicari adalah yang semakin terjangkau (biayanya),” jelas Rhenald.

Itu tidak tidak hanya soal liburan tapi juga yang lain. Misalnya, dalam hal pembelian mobil. Orang kini akan menghitung-hitung dulu harganya. Kalau tidak terjangkau bujet, mereka menundanya atau tidak membeli mobil baru melainkan yang bekas.

Ini menjelaskan kenapa penjualan mobil baru anjlok, tapi penjualan mobil bekas meningkat, begitu pula penjualan mobil China.

Karena pada saat bersamaan dengan ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja, mobil-mobil China masuk ke Indonesia yang harganya lebih terjangkau.

“China memanfaatkan kondisi (psikologi konsumen) itu. Mereka masuk dengan harga barang yang lebih murah,” tutup Prof Rhenald.

Paling mutakhir, China datang dengan teknologi AI yang lebih murah, Deepseek, yang membuat ketar-ketir pengembang AI di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Kita tunggu perkembangannya.

Berita Terkait

Ekonomi

Debitur Terdampak Bencana Sumatra Dapat Relaksasi Kredit BNI Hingga 2028

Bank BNI menyiapkan kebijakan relaksasi kredit bagi debitur yang...

Layanan Bank BSI di Area Bencana Aceh 100 Persen Pulih

Bank BSI mengumumkan operasional layanan perbankan di seluruh wilayah...

Waspadai Aneka Penipuan Online Ini Agar Tak Nestapa di Akhir Tahun

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan aneka modus penipuan online...

Mau Ikut Main Kripto? Pastikan Bertransaksi Hanya di Aplikasi Ini

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan whitelist Pedagang Aset Keuangan...

Berita Terkini