Sabtu, September 6, 2025
HomeBerita PropertiPasar Properti Australia Terkontraksi, CEO One Global Iwan Sunito: Selalu Ada Peluang...

Pasar Properti Australia Terkontraksi, CEO One Global Iwan Sunito: Selalu Ada Peluang di Setiap Tantangan

Perekonomian global yang diliputi ketidakpastian mempengaruhi semua bisnis termasuk bisnis properti, tak terkecuali bisnis properti di Australia terutama properti hunian (residensial).

Menurut Iwan Sunito, Chairman dan CEO One Global Capital, platform modal dan dana asal Australia, ekonomi global tahun ini diprediksi mengalami perlambatan. Antara lain kebijakan moneter yang ketat, faktor geopolitik (konflik regional), dan proteksionisme atau perang tarif perdagangan.

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini hanya 2,7 persen, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi stagnan di angka 3,2 persen. Kondisi itu akan mempengaruhi pasar properti investasi global.

Iwan menuturkan, kenaikan biaya konstruksi yang cukup drastis karena inflasi, pelemahan nilai tukar mata uang, dan kenaikan suku bunga akibat kebijakan moneter ketat, membuat banyak proyek apartemen dikembangkan di luar prime location.

Sementara pelemahan pasar perkantoran dan industri terjadi di seluruh dunia. Mengutip riset Savills, pasar perkantoran di Hongkong dan China turun hingga 35 persen. Sedangkan tingkat kekosongan perkantoran di Indonesia mencapai 25 persen, sepadan dengan pasar perkantoran di New York, Los Angeles, Jepang, Vietnam, dan Hong Kong.

“Savills bahkan menyebut pasar perkantoran Hong Kong menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan tingkat kekosongan mencapai rekor tertinggi dan penurunan sewa 40 persen sejak 2019,” kata Iwan Sunito melalui keterangan pekan lalu.

Kondisi serupa terjadi di Australia. Data dari CoreLogic dan PropTrack yang menggunakan dua metodologi berbeda, menunjukkan pada Desember 2024 nilai properti hunian di Australia mengalami penurunan bulanan pertama dalam dua tahun terakhir.

“Industri properti di Australia saat ini mengalami kontraksi yang sangat berpengaruh pada kondisi pasar. Terlihat dari pelemahan auction rate pada awal tahun ini,” kata pengusaha properti Australia asal Surabaya itu.

Baca juga: Pecah Kongsi dengan Paul, Dua Proyek Rp5,75 Triliun Ini Jadi Milik Iwan Sunito

Tingkat penjualan lelang (auction rate) Australia tahun ini diprediksi berada di kisaran menengah, dengan sebagian besar pakar memperkirakan terjadi pelemahan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Auction rate berpotensi berada di angka 55-65 persen secara nasional, tergantung lokasi properti dan kondisi pasar saat lelang.

Auction rate adalah indikator kepercayaan konsumen terhadap pasar. Angka auction rate menggambarkan seberapa besar keinginan konsumen mengajukan penawaran dan/atau bersaing mendapatkan sebuah properti.

Auction rate 70 persen ke atas menunjukkan pasar penjual (seller’s market) atau kondisi pasar yang bergairah dengan konsumen banyak mengajukan penawaran, dan 60-70 persen berarti pasar dalam kondisi normal.

Sementara 60 persen ke bawah adalah pasar pembeli (buyer’s market), dengan developer harus berupaya keras memikat konsumen agar mau mengajukan penawaran atau memesan sebuah properti.

“Meningkatnya biaya konstruksi hingga 30 persen dalam lima tahun terakhir, kenaikan suku bunga hingga tiga kali, melunaknya pasar pembeli, serta menurunnya imigran dari China, turut mempengaruhi kondisi pasar properti hunian di Australia saat ini,” jelas Iwan.

Direktur Riset SQM Louis Christopher memprediksi, permintaan hunian di Sydney, Australia, akan menurun meskipun terjadi pertumbuhan populasi dan ada kekurangan unit hunian (backlog) yang besar.

“Turunnya permintaan hunian tersebut menjadi tanda, ekonomi makin melemah dan calon konsumen lebih ragu untuk membeli properti,” ujar Christopher.

Dia menuding pertumbuhan ekonomi yang lesu selama 2024, dan pertumbuhan ekonomi Australia yang lebih lambat dibanding peningkatan populasi, sebagai penyebab utama hal tersebut.

“Penyebab lain adalah kenaikan biaya hidup yang tinggi, yang membuat banyak rumah tangga mengalami kemunduran finansial dan tidak mampu menginvestasikan lebih banyak uang untuk membeli hunian,” jelas Christopher.

Kendati pasar hunian Australia terkontraksi, Iwan mengklaim, produk hunian mewah bermerek atau branded resort and residences One Global Capital terus mengalami akselerasi.

“Meskipun pasar residensial mengalami perlambatan, hunian dengan konsep resorts and residences atau mixed-use mengalami penguatan,” katanya.

Baca juga: Iwan Sunito Akuisisi Aset Kedua Crown Group Senilai Rp215 Miliar

Branded residences adalah properti mewah yang dikaitkan dengan merek-merek bergengsi. Untuk itu biasanya pengembang bermitra dengan grup perhotelan terkemuka, desainer, atau perusahaan gaya hidup mewah.

Branded residences yang menyasar kalangan atas itu, menawarkan kepemilikan properti pribadi dengan layanan dan fasilitas yang biasanya hanya bisa ditemukan di hotel bintang lima.

“One Global Capital Resorts and Residences tidak hanya menawarkan hunian, tapi juga akses ke layanan dan fasilitas eksklusif seperti restoran, bar, housekeeping, pramutamu, perawatan hewan peliharaan, kolam renang, pusat kebugaran, spa, dan banyak lagi,” tutup Iwan.

One Global Capital yang didirikan Iwan Sunito dua tahun lalu, disebut telah menginvestasikan dan melahirkan banyak merek terkenal dunia seperti Crown Group, SKYE Suites, The Grand, One Global Residences, dan One Global Resorts.

Saat ini, One Global Capital telah menyelesaikan proyek senilai $3,5 miliar dengan proyek tambahan senilai $5 miliar yang sedang dalam pengembangan.

Konsumen perlu selalu kritis dan teliti menanggapi setiap penawaran, terlebih penawaran properti dari luar negeri. Semua informasi yang relevan perlu dikumpulkan dan dikaji, syarat dan ketentuan membeli harus dipahami, legalitas proyek dan reputasi developer wajib dicermati.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini