Triwulan I 2025 Penjualan Eceran Diprediksi Tetap Lemah, Paling Lesu Penjualan Makanan, Sandang, dan Perlengkapan Rumah Tangga

Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia (BI) Januari 2025 yang dirilis akhir pekan lalu memperkirakan, penjualan eceran pada Februari 2025 tetap lemah kendati ada momen persiapan Ramadan.
Tercermin dari perkiraan Indeks Penjualan Riil (IPR) Februari 2025 sebesar 213,2, atau terkontraksi (minus) 0,5 persen secara tahunan (yoy) setelah tumbuh 0,5 persen (yoy) pada Januari 2025.
Penurunan IPR Februari 2025 itu terutama dipengaruhi merosotnya IPR bahan makanan, minuman, dan tembakau sebesar minus 1,7 persen, diikuti perlengkapan rumah tangga lainnya minus 5,3 persen.
Sementara kelompok barang lainnya mencatat pertumbuhan bervariasi antara 0,8 persen sampai 15,9 persen, dengan pertumbuhan terendah pada kelompok sandang 0,8 persen, dan tertinggi pada kelompok suku cadang dan aksesori 15,9 persen.
Kendati ada persiapan menjelang Ramadan dan Idul Fitri, secara bulanan (mtm) kinerja penjualan eceran Februari 2025 diperkirakan hanya tumbuh tipis 0,8 persen dari sebelumnya terkontraksi (minus) 4,7 persen.
Peningkatan IPR tertinggi diperkirakan terjadi pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi (6,6 persen mtm), dan bahan bakar kendaraan bermotor 1,3 persen.
Kelompok barang lainnya tumbuh antara 0,2 persen sampai 0,6 persen termasuk bahan makanan, minuman, dan tembakau, serta sandang.
Sedangkan suku cadang dan aksesori, perlengkapan rumah tangga lainnya, serta barang budaya dan rekreasi terkontraksi (minus) 1,4 persen, minus 0,7 persen, dan minus 0,8 persen.
Baca juga: Awal Tahun Penjualan Eceran Lesu, Termasuk Penjualan Bahan Makanan dan Sandang
Secara triwulanan, selama triwulan I 2025 (Januari-Maret) penjualan eceran diperkirakan hanya tumbuh 0,02 persen (yoy) dibanding 1,4 persen pada triwulan IV 2024.
Yang tumbuh penjualan kelompok suku cadang dan aksesori (15,6 persen), barang budaya dan rekreasi (4,3 persen), serta peralatan informasi dan komunikasi (2,3 persen).
Sementara kelompok barang lainnya terkontraksi atau minus termasuk bahan makanan, minuman dan tembakau (minus 0,4 persen), sandang (minus 2,5 persen), dan perlengkapan rumah tangga lainnya (minus 7,2 persen).