Februari Likuiditas Perekonomian Sedikit Meningkat

Bank Indonesia (BI) melaporkan akhir pekan ini (21/3/2025), likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) Februari 2025 tumbuh sedikit lebih tinggi. Yaitu, sebesar Rp9.239,9 triliun atau naik tipis 5,7 persen secara tahunan (yoy) dibanding Januari 2025 yang tumbuh 5,5 persen (yoy).
Peningkatan uang beredar itu mencerminkan bertambahnya likuiditas untuk transaksi ekonomi pada Februari 2025. Tercermin dari pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,4 persen (yoy) dan uang kuasi 1,8 persen (yoy), dibanding 7,2 persen (yoy) dan 1,4 persen (yoy) pada Januari 2025.
M2 adalah M1 ditambah uang kuasi dan surat berharga yang diterbitkan sistem moneter, dan dimiliki swasta domestik dengan sisa jangka waktu (tenor) sampai 1 tahun.
Sementara M1 adalah uang yang dipegang masyarakat (di luar bank umum dan BPR), termasuk tabungan yang bisa ditarik sewaktu-waktu dan giro rupiah. Komponen M1 Februari 2025 mencakup 57,7 persen dari M2. Sedangkan uang kuasi yang mencapai 43,1 persen dari M2, adalah simpanan berjangka (deposito) dan tabungan lain (rupiah dan valas) serta giro valas.
Peningkatan M2 itu terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih. Penyaluran kredit Februari 2025 tumbuh 9,0 persen (yoy), sama dengan pertumbuhan kredit pada bulan sebelumnya.
Kredit di sini hanya dalam bentuk pinjaman (loans). Tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman, seperti surat berharga (debt securities), tagihan akseptasi (banker’s acceptances), dan tagihan repo.
Sementara aktiva luar negeri bersih tumbuh 4,1 (yoy) dibanding 2,4 persen (yoy) pada Januari 2025. Aktiva luar negeri bersih adalah selisih tagihan kepada bukan penduduk (entitas asing) dengan kewajiban kepada bukan penduduk.
Baca juga: Ada Nataru Tapi Jumlah Uang Beredar Desember 2024 Malah Melorot
Sedangkan tagihan bersih kepada pemerintah pusat masih terkontraksi (minus) 5,7 persen (yoy), dibanding kontraksi 14,1 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
Tagihan bersih kepada pemerintah pusat (dalam konteks BI), adalah selisih bersih antara tagihan (kredit) BI kepada pemerintah pusat dan kewajiban BI kepada pemerintah pusat (rekening pemerintah pusat di BI).
Sementara Uang Primer (M0) adjusted pada Februari 2025 tercatat sebesar Rp1.882,7 triliun, tumbuh 13,0 persen (yoy), relatif stabil dibanding Januari 2025 sebesar 13,2 persen (yoy).
Uang primer atau uang inti adalah uang kertas dan logam (uang kartal) serta cek yang dicetak bank sentral (uang goral). Dalam sistem moneter Indonesia, uang primer terdiri dari uang kartal dan alat likuid bank umum (kas dan giro) pada BI, serta giro bukan bank di BI.
Berdasarkan komponen M0 adjusted, uang kartal tumbuh 9,8 persen (yoy), dan giro bank umum (uang giral) di BI adjusted tumbuh 5,1 persen (yoy).
M0 adjusted menggambarkan perkembangan uang primer yang telah mengisolasi dampak penurunan giro bank di BI akibat pemberian insentif likuiditas. Penyajian statistik M0 adjusted dimaksudkan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai perkembangan uang primer dan pengaruh kebijakan likuiditas yang dilakukan BI.
Semua angka di atas baik secara persentase maupun nominal, untuk periode Februari 2025 masih bersifat angka sementara. Biasanya saat dipublikasikan 1-2 bulan kemudian, angka yang fix sedikit berubah dari angka sementara tersebut.