Asing Mulai Kembali Masuk ke Pasar Saham, Tapi Rupiah Tetap Melemah

Investor asing mulai kembali menempatkan dananya di pasar saham Indonesia, setelah selama beberapa bulan terakhir menariknya ramai-ramai untuk dipindahkan ke dolar AS, emas, dan surat utang pemerintah.
Kendati demikian, hal itu belum mampu mengangkat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD). Rupiah tetap melemah dibanding pekan lalu.
Mengutip keterangan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso, Jum’at (28/3/2025), pada akhir perdaagangan Rabu, 26 Maret 2025, rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.575 per USD. Melemah 05 poin dibanding Rp16.470 pada Kamis pekan lalu.
Baca juga: Asing Ramai-Ramai Cabut dari Pasar Saham, Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah
Pelemahan rupiah itu terjadi bersamaan dengan menguatnya indeks dolar (DXY) ke level 104,55 dibanding 103,85 pekan lalu, dan naiknya imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS atau US Treasury Note 10 tahun ke level 4,352 persen.
Sementara yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun terbitan pemerintah Indonesia turun ke level 7,13 persen, kendati tetap masih tinggi dibanding lazimnya di bawah 7 persen.
Pada pembukaan perdagangan Kamis, 27 Maret 2025, rupiah dibuka makin melemah ke level (bid) Rp16.590 per USD, sebelum ditutup ke level Rp16.566.
Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Sudah Menyamai Kurs Saat Krismon 1998
Kendati sedikit menguat dibanding sehari sebelumnya, namun kurs rupiah itu tetap lebih rendah dibanding Kamis pekan lalu. Pelemahan rupiah itu terjadi seiring penurunan yield SBN 10 tahun turun ke level 7,09 persen.
Para pengamat memperkirakan, belum ada sentimen positif yang bisa mengangkat nilai tukar rupiah, baik dari domestik maupun global sehingga ke depan pelemahan masih mungkin berlangsung.