Iwan Sunito: Jangan Pernah Berbisnis dengan Penipu, Kontrak Sekuat Apapun Tak Akan Bisa Melindungimu

Iwan Sunito (59) adalah salah satu nama besar di bisnis properti Australia, terutama Sydney. Iwan berasal dari Indonesia. Ia lahir di Surabaya tahun 1966 dan sempat menghabiskan masa remaja di Pangkalan Bun, Kalimantan, sebelum melanjutkan studi ke Australia.
Awalnya Iwan menjalankan bisnis atau investasi properti di Australia di bawah bendera Crown Group bersama Paul Satio, yang juga berasal dari Indonesia. Iwan menangani desain dan pemasaran proyek, Paul mengurusi pengembangan dan konstruksinya.
Tapi, beberapa tahun lalu keduanya pecah kongsi dan Iwan membentuk bendera baru One Global Capital. Senin lalu (28/4/2025) Iwan merilis refleksi pribadi mengenai perjalanan bisnisnya di Australia, wabil khusus Sydney.
Menurut Iwan, perjalanan bisnisnya di Australia adalah jalinan kisah yang penuh ambisi, ketekunan, dan visi mendalam. Kesuksesannya menaklukkan Benua Kanguru menjadi inspirasi banyak diaspora dan pebisnis pemula dari Indonesia, yang juga ingin mencari peruntungan di bisnis properti negara tersebut.
Iwan menceritakan, semua berawal dari candaan Sang ayah Handy Sunito, yang berniat mengirimnya bersekolah ke UNSW di Sydney pada 1984.
“Pesan beliau, saya harus mencari pijakan di tanah baru. Saat itu saya sempat berpikir, mungkin ayah tidak ingin saya kembali pulang (ke Surabaya),” katanya. Namun, Iwan salah sangka. Ayahnya ternyata punya pandangan visioner mengenai masa depannya.
Kalimat ayahnya yang paling diingat Iwan: ‘Tidak peduli seberapa besar Surabaya, Sydney pasti jauh lebih besar dalam ekonomi dan peluang’. Selain itu ayahnya juga memberi nasihat: ‘berpikirlah besar, tetapi mulailah dari yang kecil’.
“Kini saya menyadari betapa bijaknya keputusan beliau mengirim saya ke Sydney, karena keputusan itu telah membuka jalan saya menuju proyek-proyek bernilai miliaran dolar,” ujar Chairman dan CEO One Global Capital tersebut.
Baca juga: Iwan Sunito: Keuntungan Investasi Properti Itu Saat Membeli, Bukan Ketika Menjual
Perjalanan Iwan Sunito di Australia memang dimulai di University of New South Wales (UNSW), Sydney, tempat ia mendapatkan gelar sarjana arsitektur (1992) dan master manajemen konstruksi (1993).
“Pendidikan di UNSW membentuk pemahaman saya tentang arsitektur, manajemen properti, dan investasi. Di sana saya mendapat penghargaan Eric Daniels Prize untuk Desain Hunian,” ungkap Iwan.
Adaptasi dan memulai bisnis
Pada tahun-tahun awal tidak selalu mudah bagi Iwan beradaptasi di Sydney, terutama karena kendala bahasa yang sering menimbulkan situasi lucu.
“Misalnya ketika saya salah memahami sapaan g’day sebagai perintah untuk go away. Atau saat pertama kali ditanya santai how ya goin?, dan saya menjawab polos by bus! Pernah pula saya salah dengar ucapan how are you going today? menjadi how are you going to die? Semua itu menjadi pengalaman yang lucu sekaligus mengajarkan saya ketahanan dan adaptasi,” tuturnya.
Iwan menyatakan, setelah sekian tahun di Sydney, ia menyadari salah satu kota terbaik di dunia untuk berdiam itu unik dan menjanjikan peluang ekonomi besar. Secara historis nilai properti di Sydney naik dua kali lipat setiap 10 tahun.
Baca juga: Valuasi Mal One Global Gallery Melonjak Pasca Diakuisisi Iwan Sunito dari Crown Group
Karena itu pada 1996 Iwan Sunito lewat bendera Crown Group memberanikan diri memulai proyek kecil namun ambisius di Bondi Junction, berupa 54 unit hunian.
“Proyek itu menghasilkan keuntungan sekitar Rp50 miliar dan menjadi awal yang menjanjikan, sekaligus pelajaran penting tentang kesabaran dan pemahaman dinamika pasar properti setempat,” jelas ayah tiga anak ini.
Setelah itu pertumbuhan bisnis berlanjut, konsisten, dan stabil. Salah satunya karena stabilitas politik Australia yang mapan, mata uang yang kuat, iklim yang baik, pelayanan kesehatan yang prima, dan lingkungan bisnis yang kondusif.
“Didukung pertumbuhan ekonomi Asia yang pesat, Australia sangat ideal untuk pertumbuhan bisnis dan menjadikannya sebagai tujuan investasi jangka panjang yang strategis,” terangnya.
Delapan tahun setelah proyek pertama, pada 2004 Iwan menemukan pendekatan inovatif yang menjadi prinsip investasinya hingga kini: buy well, add value, sell well (beli dengan tepat, tambah nilainya, dan jual dengan baik).
“Prinsip itu mulai diterapkan pada proyek besar di Newington, di mana investasi awal Rp20 miliar berhasil kita lipatgandakan menjadi profit yang menyentuh Rp400 miliar, validasi nyata atas pengalaman saya di industri properti,” papar suami Liana ini.
Baca juga: Pecah Kongsi dengan Paul, Dua Proyek Rp5,75 Triliun Ini Jadi Milik Iwan Sunito
Tahun 2011 menjadi tonggak berikutnya dengan Top Ryde City Living, salah satu proyek terbesar di New South Wales, yang makin memperkuat reputasi Iwan Sunito dalam inovasi, kualitas, dan visi strategis di bisnis properti.
Selama dua dekade terakhir, Iwan bersama Crown Group dan proyek SKYE Suites berhasil meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Property Person of the Year dari Urban Taskforce Australia 2015, serta penghargaan untuk proyek seperti ‘V by Crown Group’ dan ‘Waterfall by Crown Group’.
Tak hanya itu, SKYE Suites juga diakui sebagai Apartment/Suites Hotel of the Year 2023 oleh Tourism Accommodation Australia NSW.
One Global Capital dan peluang besar Australia
Lepas dari Crown Group, Iwan Sunito bersama perusahaan barunya One Global Capital menikmati pertumbuhan signifikan hanya beberapa tahun setelah perusahaan baru itu terbentuk.
Salah satunya melalui proyek One Global Resorts Green Square yang sukses mencatat kenaikan pendapatan 15 persen dengan okupansi 99,5 persen, serta peningkatan pendapatan Rp8 miliar hanya dalam enam bulan. Selain itu proyek lain One Macquarie Park yang segera memulai konstruksi, akan menjadi hotel modular pertama di Sydney.
Menggarap proyek bergengsi lain di Chatswood, Iwan tengah berdiskusi dengan Armani Group untuk menghasilkan desain griya tawang (penthouse) eksklusif. One Global Capital juga memiliki rencana investasi strategis di Sydney CBD dalam dekade ini.
“Pengalaman puluhan tahun serta kepercayaan besar investor yang loyal selama lebih dari 20 tahun kepada saya menjadi kekuatan terbesar One Global. Kini investor kami tersebar di seluruh dunia, dari individu hingga institusi. Saya selalu percaya, kepercayaan besar datang dari kepercayaan-kepercayaan kecil,” tegas Iwan.
Setelah empat dekade bermukim di Sydney, Iwan Sunito menandaskan, Australia memberikan peluang besar bagi mereka yang berani mengambilnya.
Ia sudah mempertimbangkan berbagai pilihan investasi di Asia Pasifik seperti Vietnam, Kamboja, Singapura, dan Malaysia, dan akhirnya meyakini Australia adalah pilihan terbaik dari segi stabilitas, keamanan, aksesibilitas, serta potensi ekonomi jangka panjang.
“Berawal dari gaji tahunan Rp250 juta, kini saya mengelola portofolio dengan proyek senilai Rp5 triliun hingga Rp25 triliun. Saya sungguh berterima kasih kepada ayah atas kebijaksanaannya, yang mengatakan Australia tidak sempurna, tapi ini pilihan terbaikmu,” kata Iwan.
Terkait kemitraan dalam berbisnis, Iwan mewanti-wanti, kepercayaan yang kuat hanya bisa dibangun melalui rekam jejak mitra yang transparan selama 10 atau bahkan 20 tahun.
Ia mengaku pernah terburu-buru membentuk joint venture tanpa pengecekan latar belakang mitra yang memadai. Akibatnya joint venture itu akhirnya bubar.
Walaupun pecah kongsi itu tidak mengakibatkan kerugian finansial, pengalaman itu disebut Iwan sangat menegangkan, karena mitranya suka menggunakan jalur hukum untuk mengunci dan menekan partner bisnisnya.
Dari pengalaman itu, ia pun mengutip pesan Warren Buffett sebagai pembelajaran. “Jangan pernah berbisnis dengan seorang penipu, karena kontrak sekuat apapun tidak akan bisa melindungimu,” tutup Iwan.