Bisnis Hotel dan Konvensi Redup, Pasar Properti Komersial Sewa Pun Merosot
Bank Indonesia melalui berkala “Perkembangan Properti Komersial” triwulan I 2025 yang dirilis pekan lalu melaporkan, indeks permintaan properti komersial sewa tumbuh 1,74 persen secara tahunan (yoy). Jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan IV 2024 yang mencapai 2,84 persen (yoy).
Penurunan kinerja properti komersial sewa itu terutama didorong oleh penurunan permintaan segmen hotel dan convention hall, antara lain karena minimnya kegiatan meeting, incentive, convention, dan exhibition (MICE). Sebagaimana diketahui, Presiden Prabowo Subianto memangkas habis anggaran perjalanan dinas dan pertemuan semua instansi pemerintah.
Selain penurunan permintaan di segmen hotel dan convention hall, penurunan pertumbuhan permintaan properti komersial sewa itu, juga karena moderasi permintaan segmen ritel (pusat perbelanjaan) sewa di Jakarta, Makassar, dan Semarang, serta kontraksi (minus) permintaan ruang ritel yang lebih dalam di Palembang dan Medan.
Bahkan, secara triwulanan (qtq) indeks permintaan properti komersial sewa terkontraksi atau tumbuh minus 3,85 persen, setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 0,88 persen (qtq).
Baca juga: Pemangkasan Anggaran Perjalanan Dinas Pemerintah Hambat Kinerja Pasar Hotel
Perkembangan ini juga dipicu penurunan permintaan segmen hotel di seluruh kota yang disurvei, sejalan dengan berakhirnya peak season liburan Natal dan Tahun Baru, serta dipengaruhi periode Ramadan. Selain itu penurunan juga terjadi pada segmen convention hall di Jakarta dan Palembang.
Karena penurunan permintaan itu, indeks harga properti komersial sewa pada triwulan I 2025 terkontraksi (minus) 1,10 persen secara kuartalan (qtq), setelah pada triwulan IV 2024 tumbuh 0,60 persen (qtq). “Kondisi tersebut juga disebabkan penurunan harga pada segmen hotel dan convention hall di seluruh kota yang disurvei,” tulis laporan BI tersebut.
Kendati demikian secara tahunan (yoy), survei BI mencatat harga sewa hotel masih meningkat, terutama di Jakarta, Banten, dan Denpasar, sejalan dengan upaya perusahaan menjaga margin keuntungan.