Kredit Bank Terus Melambat, Tapi Paylater dan Pinjol Kian Melesat

Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) awal Agustus 2025 yang dirilis pekan ini mengungkapkan, penyaluran kredit perbankan terus menurun. Pada Juni 2025 hanya tumbuh 7,77 persen secara tahunan (yoy) dibanding 8,43 persen pada Mei 2025 menjadi Rp8.059,79 triliun.
Kredit investasi tumbuh tertinggi sebesar 12,53 persen (yoy), sedangkan kredit konsumsi hanya 8,49 persen (yoy), dan kredit modal kerja yang menggambarkan kegairahan dunia usaha hanya tumbuh 4,45 persen (yoy).
Berdasarkan kategori debitur, kredit korporasi tumbuh 10,78 persen, sementara kredit UMKM hanya tumbuh 2,18 persen, di tengah upaya perbankan yang berfokus pada pemulihan kualitas kredit UMKM.
Sebaliknya kredit Buy Now Pay Later (BNPL) perbankan yang mencapai 0,29 persen dari total kredit perbankan, terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan (yoy).
Per Juni 2025, menurut RDKB OJK, baki debet kredit paylater perbankan itu yang dilaporkan dalam SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan), tumbuh 29,75 persen (yoy) dibanding 25,41 persen (yoy) pada Mei 2025 menjadi Rp22,99 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 26,96 juta dibanding Mei 2025 yang tercatat 24,79 juta.
Begitu pula di perusahaan pembiayaan, berdasarkan SLIK, pembiayaan paylater pada Juni 2025 melesat 56,26 persen (yoy) dibanding 54,26 persen pada Mei 2025 menjadi Rp8,56 triliun, dengan rasio pembiayaan bermasalah atau NPF gross sebesar 3,25 persen, menurun dibanding Mei 2025 yang tercatat 3,74 persen.
Baca juga: OJK Ingatkan Masyarakat untuk Tidak Secara Sengaja Ngemplang Utang Pinjol
Juga terus meningkat pesat pinjaman daring (pindar) atau pinjol. OJK mencatat, outstanding pembiayaan pinjol pada Juni 2025 tetap tumbuh tinggi sebesar 25,06 persen (yoy), kendati sedikit melambat dibanding Mei 2025 sebesar 27,93 persen (yoy), menjadi Rp83,52 triliun dengan rasio kredit bermasalah atau tingkat risiko kredit secara agregat (TWP90) berada di posisi 2,85, turun dibanding Mei 2025 sebesar 3,19 persen.