Selama April-Juli tahun ini Puchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia versi lembaga rating Standard & Poors (S&P) Global, mengalami kontraksi (indeks <50) setelah Januari-Maret berada di zona ekspansi (indeks >50).

Pada Januari PMI manufaktur Indonesia tercatat 51,9 persen, Februari 53,6, dan Maret 52,4. Setelah itu pada April PMI manufaktur itu merosot ke zona kontraksi dengan indeks 46,7.

Namun kemudian berangsur membaik menjadi 47,4 pada Mei, lalu turun lagi menjadi 46,9 pada Juli, untuk kemudian membaik signifikan (2,3 poin) pada Juli menjadi 49,2 atau mendekati zona ekspansi.

Pada Agustus 2025 perbaikan itu berlanjut, PMI Indonesia kembali ke zona ekspansi dengan indeks 51,5, atau naik 2,3 poin dibanding PMI Juli.

PMI manufaktur Indonesia Agustus 2025 itu melampaui PMI manufaktur Prancis (49,9), Jerman (49,9), Jepang (49,9), Myanmar (50,4), Filipina (50,8), Korea Selatan (48,3), Taiwan (47,4), Inggris (47,3), dan China (50.5).

Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, lonjakan PMI manufaktur Indonesia itu menunjukkan, kepercayaan pelaku industri makin tinggi dalam menjalankan usahanya sekaligus bukti ketahanan industri manufaktur dalam negeri di tengah dinamika politik dan ekonomi nasional dan global.

Baca juga: Survei S&P Global: PMI Manufaktur Indonesia Membaik, Mendekati Zona Ekspansi

“Lonjakan PMI Indonesia pada Agustus itu didorong oleh meningkatnya pesanan baru baik dari pasar domestik maupun ekspor, serta meningkatnya aktivitas produksi,” kata Menperin melalui keterangan resmi, Senin (1/8/2025).

Pesanan baru (new orders) melonjak 4 poin dari 48,3 (Juli) menjadi 52,3 (Agustus). Lonjakan itu didukung pertumbuhan pesanan ekspor baru sebesar 2,8 poin menjadi 51,2.

Aktivitas produksi (output/activity) juga meningkat signifikan 3,6 poin dari 49 menjadi ke 52,6, sehingga kapasitas produksi industri kembali ke level ekspansif.

Karena produksi meningkat, perusahaan pun menambah tenaga kerja. Tercermin dari indeks employment yang naik menjadi 50,4, dan meningkatkan aktivitas pembelian bahan baku dengan quantity of purchases naik 3,1 poin ke level 51,6.

Perbaikan lain terlihat pada persediaan atau stocks of purchases yang meningkat 2,2 poin ke 51,1, serta membaiknya waktu pengiriman pemasok (suppliers’ delivery times) yang naik ke 50,0.

“Kombinasi berbagai variabel utama itulah yang mendorong PMI manufaktur Indonesia kembali menembus fase ekspansi pada Agustus 2025,” jelas Menperin.

Baca juga: Triwulan Dua Manufaktur Tumbuh Tinggi, Ditopang Industri-Industri Ini

Namun demikian, Menperin mengingatkan, keberlanjutan tren positif industri manufaktur itu sangat erat kaitannya dengan stabilitas nasional.

Berbada dengan sektor lain, manufaktur memiliki ekosistem yang luas dan sensitif, melibatkan banyak kegiatan. Mulai dari forward linkages, backward linkages, investasi, UMR, bahan baku, logistik, hingga sumber daya energi. Semua rantai itu harus dijaga agar optimisme pelaku industri tetap terjaga.

“Jadi, industri butuh kondisi yang kondusif. Situasi yang mengarah ke destabilisasi, makar, atau kerusuhan dikhawatirkan menurunkan kembali tingkat optimisme para pelaku industri,” tegas Menperin.