Biaya Transportasi Lebih Rendah, Harga Rumah Turun, Rumah di Bogor Jadi Lebih Menarik

Awal Agustus 2025 Kementerian Perhubungan mengungkapkan, berdasarkan Survei Biaya Hidup BPS 2018, ongkos transportasi yang dikeluarkan masyarakat Indonesia mencapai 12,46 persen dari biaya hidup per bulan. Angka itu melampaui porsi ongkos transportasi ideal versi Bank Dunia sebesar 10 persen.
Dalam nominal, biaya transportasi di Bekasi tercatat sebagai yang tertinggi, mencapai Rp1.918.142 per bulan, atau 14,02 persen dari total biaya hidup per bulan warga Bekasi.
Disusul Kota Depok sebesar Rp1.802.751 per bulan, atau 16,32 persen dari total biaya hidup. Kemudian Surabaya senilai Rp1.629.219 per bulan, atau 13,61 persen dari total biaya hidup.
Lalu Jakarta sebesar Rp1.590.544 per bulan, atau 11,82 persen dari total biaya hidup warga Jakarta. Terakhir, Bogor senilai Rp1.235.613 per bulan, atau 12.54 persen dari total biaya hidup warga Bogor.
Karena biaya transportasi paling rendah kendati secara lokasi lebih jauh dari Jakarta sebagai pusat kegiatan, rumah di Bogor jadi layak dilirik. Apalagi, pilihan rumah terjangkaunya masih banyak, dan harga rumahnya tahun ini terkoreksi.
Baca juga: Perempuan Makin Dominan dalam Pencarian Rumah, Cenderung Pilih Rumah Kecil
Menurut Head of Research marketplace properti Rumah123 Marisa Jaya, pergerakan harga rumah seken di Bogor awalnya relatif lebih tinggi.
Sepanjang 2024 pertumbuhan indeks harga rumah seken di Bogor mencapai 3,1–8,5 persen secara tahunan (yoy), di atas rata-rata nasional (0,5–2,7 persen) dan Jabodetabek (1,2-2,8 persen).
Namun, memasuki tahun 2025, pasar rumah seken Bogor mengalami perlambatan. Januari–Juli 2025 pertumbuhan harganya terkontraksi antara -4,1 persen hingga 0,6 persen.
“Kontraksi harga ini membuka peluang bagi pencari hunian yang mengincar rumah yang lebih terjangkau di wilayah sekitar Jakarta, di luar Bekasi, Tangerang dan Depok,” kata Marisa melalui keterangan tertulis baru-baru ini.
Ia menjelaskan, dibanding wilayah lain di Jabodetabek, Bogor (kabupaten dan kota) masih menawarkan median harga rumah seken paling terjangkau, terutama untuk rumah kecil hingga sedang.
Untuk rumah tipe hingga 60 m2, median harganya di Bogor ada di kisaran Rp500 juta, lebih rendah dibanding Depok yang mencapai Rp600 juta dan Bekasi Rp575 juta, jangan tanya Tangerang yang jauh lebih tinggi lagi.
Sementara untuk rumah tipe 61–90 m2, median harga di Bogor tercatat Rp890 juta, juga masih lebih rendah dibanding Depok yang Rp940 juta dan Bekasi Rp970 juta.
Marissa menyebutkan, preferensi pencari properti di Bogor cenderung berada di segmen menengah hingga menengah-atas, terutama di kisaran Rp1–3 miliar dan Rp400 juta–1 miliar.
Baca juga: Di Bogor Harga Rumah Kecil Meningkat Paling Tinggi
Babakan Madang menjadi salah satu kawasan dengan dominasi permintaan di rentang harga itu. Yakni, 39,6 persen untuk rumah seharga Rp1–3 miliar dan 29,9 persen untuk rumah Rp400 juta–1 miliar.
Hal itu dipengaruhi oleh pengembangan township berskala besar dengan fasilitas lengkap yang hampir semuanya berada di Babakan Madang.
Hal serupa terjadi di Gunung Putri dan Sentul, dengan dominasi permintaan di segmen menengah hingga menengah-atas, didukung keberadaan sejumlah pengembangan townhsip oleh developer besar.
Begitu pula Bogor Barat dan Bogor Selatan di Kota Bogor, menunjukkan tren yang sama, dengan permintaan rumah di kisaran Rp1–3 miliar mencapai 39,8 persen dan 38,2 persen, serta rumah Rp400 juta–1 miliar sebesar 29,9 persen dan 36,3 persen.
Sementara Cibinong didominasi permintaan rumah menengah hingga menengah-bawah, dengan rumah seharga Rp400 juta–1 miliar menyumbang 45,3 persen dan rumah di bawah Rp400 juta 44,1 persen.
“Semua itu menunjukkan, pasar rumah di Bogor mampu mengakomodasi berbagai lapisan masyarakat, dari menengah-bawah hingga menengah-atas, termasuk keluarga muda pencari rumah pertama,” pungkas Marisa.