Penguatan Rupiah Berlanjut Pekan Ini

Data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan penggelontoran likuiditas Rp200 triliun ke dalam sistem perbankan oleh pemerintah, mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Pasar masih menunggu penurunan bunga acuan bank sentral AS The Fed. Sementara di dalam negeri, pasar berharap dampak positif terhadap ekonomi RI menyusul penempatan likuiditas Rp200 triliun itu.
Bank Indonesia melaporkan, Jum’at (12/9/2025), pada akhir hari Kamis, 11 September 2025, nilai tukar rupiah di pasar spot antar bank di Jakarta (Jisdor) ditutup pada level (bid) Rp16.455 per dolar AS (USD). Melemah Rp45 dibanding penutupan perdagangan Rabu pekan lalu.
Pelemahan rupiah itu terjadi saat imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun terbitan pemerintah Indonesia relatif stabil di angka 6,37 persen, indeks dolar atau DXY melemah ke level 97,53, dan yield surat utang pemerintah AS atau US Treasury (UST) Note 10 tahun turun ke level 4,021 persen.
Baca juga: Penguatan Rupiah Tertahan Kebijakan “Burden Sharing”
Namun, pada pembukaan perdagangan Jumat, 12 September 2025, rupiah dibuka sedikit menguat ke level (bid) Rp16.425 per USD dibanding sehari sebelumnya, untuk kemudian ditutup di level Rp16.391.
Nilai tukar rupiah itu menguat Rp47 dibanding penutupan perdagangan Kamis pekan lalu (4 September 2025), yang tercatat di level Rp16.438. Penguatan rupiah itu terjadi saat yield SBN 10 tahun turun ke level 6,33 persen.
Para pengamat menyatakan, nilai tukar rupiah masih akan melanjutkan penguatan dalam beberapa pekan ke depan, sehingga bisa mencapai level Rp16.300 per USD.