Defisit APBN 2025 Bisa Rendah, Karena Belanja Pemerintah Masih Payah

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi pers APBN KiTA 2025 di Jakarta, Selasa (14/10/2025), menyebut kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir triwulan tiga 2025 tetap adaptif dan kredibel.
Tercermin dari defisit anggaran yang terjaga di level 1,56 persen dari PDB atau sebesar Rp371,5 triliun, dan Keseimbangan Primer yang surplus Rp18 triliun. Keseimbangan Primer adalah pendapatan negara dikurangi belanja negara tanpa memasukkan pembayaran bunga utang.
Defisit anggaran 1,56 persen itu jauh di bawah outlook atau target APBN 2025 sebesar 2,78 persen PDB atau sebesar Rp662 triliun. “Ini menunjukkan APBN tetap adaptif dan kredibel, menjaga kesimbangan antara dukungan terhadap pemulihan ekonomi dan kesinambungan fiskal dalam jangka menengah,” kata Purbaya.
Namun demikian, defisit yang jauh di bawah outlook itu lebih karena realisasi belanja negara masih rendah, selaras dengan turunnya pendapatan negara.
Purbaya menyatakan, total pendapatan negara hingga akhir September 2025 mencapai Rp1.863,3 triliun (65,0 persen dari outlook), atau turun 7,2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Baca juga: Defisit APBN Agustus Naik Jadi 1,35 Persen. Menkeu: Ekonomi Kita Tetap Kuat
Penurunan pendapatan negara itu terutama karena merosotnya penerimaan pajak, terutama di sektor sumber daya alam, akibat penurunan harga komoditas global. Penerimaan perpajakan per akhir September 2025 mencapai Rp1.516,6 triliun, atau turun 2,9 persen dibanding akhir September 2024 (yoy).
“Penurunan harga komoditas seperti batu bara dan sawit menyebabkan penerimaan PPh Badan dan PPN dalam negeri sedikit tertahan. Namun, sektor manufaktur dan jasa masih memberikan kontribusi positif terhadap penerimaan (perpajakan),” tutur mantan Ketua Dewan Komisioner LPS itu.
Selaras dengan penurunan penerimaan negara itu, realisasi belanja negara juga masih rendah, mencapai Rp2.234,8 triliun atau 63,4 persen dari outlook. Turun 0,8 persen secara tahunan (yoy).
“Belanja pemerintah pusat tumbuh tipis, sementara transfer ke daerah (TKD) telah terealisasi Rp648,4 triliun atau 74,6 persen dari pagu,” ungkap Menkeu.
Dengan kata lain masih ada anggaran hampir Rp1.300 triliun yang harus dihabiskan pemerintah dalam sisa waktu 3 bulan tahun ini.