Menko Airlangga: Bisa Jaga Pertumbuhan 5 Persen Per Tahun, Indonesia Jadi Negara Bright Spot

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut satu tahun pemerintahan Prawowo Subianto telah menerapkan berbagai kebijakan yang berdampak nyata bagi perekonomian nasional.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan yang solid dengan capaian sebesar 5,12 persen pada kuartal kedua 2025. Pertumbuhan ini juga menjadi yang terbesar di antara negara G20 dengan inflasi yang terkendali di rentang 1-2,5 persen yang juga menjadi terendah di negara G20.
“Lembaga IMF menyatakan, di tengah ketidakpastian global Indonesia merupakan bright spot. Jadi Indonesia adalah terang dibandingkan berbagai negara lain yang dalam ketidakpastian, unpredictability, dan uncertainty dengan pertumbuhan rata-rata di atas 5 persen dalam tujuh tahun terakhir,” ujarnya di acara Talkshow Metro TV bertemakan 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Optimism on 8% Economic Growth di Jakarta pekan ini.
Itu artinya Indonesia tumbuh 35 persen dan masih mampu untuk berlayar dalam situasi yang tidak menentu. Selain itu defisit APBN juga terjaga di bawah 3 persen PDB dengan rasio utang terhadap PDB menjadi salah satu yang terendah di antara negara G20.
Peringkat kredit Indonesia dari tiga lembaga pemeringkat internasional utama juga berada di kategori Investment Grade dengan outlook stabil. Kemudian IHSG mampu mencetak rekor all time high pada level 8.200 dan disertai cadangan devisa nasional yang mampu mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan mencapai 157 miliar dollar Amerika pada bulan Maret 2025.
Pemerintah juga merealisasikan Bullion Bank dengan menempatkan Rp200 triliun di perbankan untuk memperkuat likuiditas serta menghapus utang macet UMKM sektor produktif sebagai bentuk keberpihakan pada rakyat kecil.
Baca juga: Dengan 17 Paket Stimulus Ini, Pemerintah Optimis Ekonomi 2025 Tumbuh 5,2 Persen
Dari sisi investasi, pada semester pertama 2025 mencapai Rp942,9 triliun atau naik 13,6 persen dibanding tahun sebelumnya dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 1,2 juta orang.
Sedangkan dari sisi kesejahteraan sosial, angka kemiskinan turun menjadi 8,47 persen dan menjadi terendah sepanjang sejarah. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2025 sebesar 23,85 juta orang, jumlah orang bekerja pada Februari 2025 sebesar 145,77 juta orang, jumlah tambahan orang yang bekerja pada Februari 2025 sebesar 3,59 juta orang, serta tingkat pengangguran yang saat ini tercatat 4,76 persen atau menjadi yang terendah sejak 1998.
Pemerintah juga telah menyalurkan akses permodalan murah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada 3,46 juta pelaku UMKM, petani, dan nelayan sepanjang Januari–September 2025. Reformasi struktural juga terus didorong melalui deregulasi kemudahan berusaha dengan diimplementasikannya PP No. 28 Tahun 2025 sejak 5 Oktober 2025 yang diharapkan akan mendorong proses perizinan berusaha menjadi semakin cepat, mudah, dan pasti.
Setelah penyaluran stimulus pada semester I-2025, pemerintah melanjutkan pada semester kedua 2025 dengan meluncurkan Program Paket Ekonomi 8+4+5 dan stimulus lainnya, termasuk Program Magang Nasional yang diharapkan akan meningkatkan konsumsi dan menciptakan multiplier effect.
Selain mendorong investasi strategis melalui hilirisasi industri, pengembangan ekosistem kendaraan listrik dan semikonduktor, Indonesia juga terus memperkuat posisi ekonomi di tataran global dengan bergabung ke BRICS dan menurunkan tarif resiprokal dengan Amerika dari 32 persen menjadi 19 persen. Kesepakatan I-EU CEPA dan Indonesia-Canada CEPA juga akan membuka akses pasar yang lebih luas.
“Indonesia tidak hanya bertahan di dalam ketidakpastian global tapi Indonesia masih tetap tumbuh, Indonesia berinovasi, Indonesia memimpin, dan kita punya fondasi yang kuat dengan capaian pertumbuhan investasi sangat signifikan dan semakin berkualitas,” pungkas Airlangga.