Minggu, Oktober 26, 2025
HomeNewsEkonomiSeptember-Oktober Modal Asing Cabut Rp87 Triliun dari Indonesia

September-Oktober Modal Asing Cabut Rp87 Triliun dari Indonesia

Setelah pekan pertama Oktober 2025 mulai masuk lagi (beli neto) sebesar Rp6,43 triliun, pada pekan kedua modal asing portofolio kembali hengkang (jual neto) dari Indonesia. Nilainya jumbo, Rp16,61 triliun selama 4 hari saja (13-16 Oktober 2025).

Investor asing menempatkan duitnya di Indonesia dalam saham di pasar modal, Surat Berharga Negara (SBN) terbitan pemerintah Indonesia, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Pekan ini aksi keluar modal asing portofolio yang kerap bikin gonjang-ganjing nilai tukar rupiah itu, masih berlanjut.

Hanya nilainya jauh lebih mini. Selaras dengan penurunan premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 23 Oktober 2025 menjadi 80,44 bps, dari 81,78 bps pada 17 Oktober 2025. Karena itu nilai tukar rupiah pekan ini juga hanya melemah tipis terhadap dolar AS.

Mengutip laporan Bank Indonesia, Jum’at (24/10/2025), selama 20 – 23 Oktober 2025, asing tercatat jual neto (net outflows) Rp0,94 triliun saja. Terdiri dari jual neto Rp2,73 triliun di pasar SBN dan Rp1,28 triliun di SRBI, serta beli neto (net inflows) Rp3,08 triliun di pasar saham.

Total selama tahun 2025 sampai 23 Oktober 2025, aliran modal asing tercatat sangat jauh lebih banyak yang kabur ketimbang yang masuk. Yaitu, jual neto Rp48,36 triliun di pasar saham dan Rp136,76 triliun di SRBI, dan hanya beli neto Rp8,58 triliun di pasar SBN.

“Selama September 2025 hingga 20 Oktober 2025 saja, investasi portofolio tercatat net outflows 5,26 miliar dolar AS (sekitar Rp87 triliun), yang mengharuskan BI melakukan intervensi untuk menjaga nilai tukar rupiah,” tulis laporan RDG BI, 22 Oktober 2025.

Baca juga: 4 Hari Modal Asing Kabur Rp16,61 Triliun, Tapi Rupiah Stabil

Pelarian modal asing itu seiring dengan penurunan bunga dan imbal hasil (yield) SRBI dan SBN. BI mencatat, bunga SRBI tenor 6, 9, dan 12 bulan menurun masing-masing sebesar 251 bps, 254 bps, dan 257 bps sejak awal 2025 menjadi 4,65 persen, 4,67 persen, dan 4,70 persen pada 17 Oktober 2025.

Sementara yield SBN tenor 2 tahun menurun 218 bps dari 6,96 persen pada awal 2025 menjadi 4,78 persen pada 21 Oktober 2025, dan tenor 10 tahun menurun 132 bps dari tingkat tertinggi 7,26 persen pada medio Januari 2025 menjadi 5,94 persen.

Yield SBN 10 tahun sebesar 5,94 persen itu disebut Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai yang terendah dalam sejarah.

Yield SBN 10 tahun yang rendah itu, menurut Menkeu, menunjukkan investor asing percaya dengan prospek ekonomi Indonesia dalam jangka panjang, sehingga berani mengambil SBN bertenor paling lama.

Yield SBN yang rendah, mengurangi secara signifikan beban bunga utang yang harus dibayar pemerintah di satu sisi, namun melemahkan nilai tukar rupiah di sisi lain karena asing menarik duit dari SBN untuk dialihkan ke instrumen yang memberikan yield lebih tinggi.

Berita Terkait

Ekonomi

Trump Suka-Suka Bikin Kebijakan, Rupiah Kian Melemah

Presiden AS Donald Trump dengan kebijakan suka-sukanya, masih menjadi...

Pertumbuhan Ekonomi Digital Jakarta Tercepat di Asia Tenggara

Posisi Jakarta kian kuat sebagai salah satu ekonomi digital...

September Jumlah Uang Beredar Kian Besar. Tanda Ekonomi Terus Membaik?

Uang beredar adalah indikator aktivitas ekonomi. Kenaikan atau penurunan...

Bunga Masih Tinggi, Penyaluran Kredit Stagnan, Kredit yang Belum Dicairkan Besar

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, penurunan BI-Rate 150...

Berita Terkini