Minggu, November 23, 2025
HomeBerita PropertiTren Pusat Belanja, Makin Mengarah ke Retailtainment

Tren Pusat Belanja, Makin Mengarah ke Retailtainment

Tren mal atau pusat perbelanjaan di Jakarta dan sekitarnya, makin berkembang ke arah retailtainment yang memberikan pengalaman dan melibatkan pengunjung secara interaktif.

Hal itu terungkap dari property market outlook “2025 Year in Review & 2026 Outlook” versi CBRE Indonesia yang dipaparkan di Jakarta, Selasa (18/11/2025). CBRE adalah konsultan properti global yang berpusat di Dallas, Amerika Serikat, dan membuka kantor di Indonesia sejak Agustus 2025.

Pemaparan dipandu Head of Research & Consultancy Anton Sitorus, diikuti Managing Director Advisory Services CBRE Indonesia Angela Wibawa, co-Head of Office Services Judy Sinurat, co-Head of O Office Services Albert Dwiyanto, dan Head of Industrial & Logistics Services Ivana Susilo.

Menurut Anton, dulu retail atau mall lebih diarahkan sebagai destinasi gaya hidup berupa shopping resto, kafe dan lain-lain yang mengacu ke kelas atas.

Tapi, sekarang dan ke depan konsep pusat perbelanjaan lebih ditekankan sebagai retailtainment yang bukan hanya memberikan pengalaman, tapi juga melibatkan pengunjung secara interaktif.

Ia mencontohkan beberapa mall di luar negeri seperti di Ho Chi Minh (Vietnam) dan Bangkok (Thailand) yang sudah sepenuhnya dikembangkan sebagai retailtainment.

“Beda dengan mal sebagai gaya hidup yang lebih mengacu ke segmen atas, konsep retailtainment bisa lebih fleksibel untuk semua. Jadi, ada resto, kafe, dan area berkegiatan yang melibatkan pengunjung baik orang tua maupun generasi di bawahnya,” jelas Anton.

Di Indonesia belum ada mall yang sepenuhnya dikonsep sebagai retailtainment, tapi beberapa mall sudah mengarah ke situ. Albert memberi contoh mal di Jakarta dan sekitarnya yang juga menyediakan ice skating, aquarium, pop up store, dan lain-lain.

Di masa sebelumnya mal seperti fX Sudirman di pusat bisnis Jakarta menyediakan fasilitas seluncuran dan pod-pod untuk profesional yang hendak mengadakan rapat kecil di mall, tapi konsep itu kemudian tidak berlanjut.

“Intinya mal yang mengadakan aktivitas, even, gaming, selain resto, kafe, dan shopping, yang menyasar semua segmen, bapak, ibu, anak dan seterusnya,” jelas Albert.

Baca juga: Okupansi Pusat Belanja di Jakarta Menurun, Tapi Peritel Lokal dan Global Tetap Ramai Buka Gerai

Dengan pop up store misalnya, mall tidak hanya berjualan tapi juga mengadakan misalnya, lomba melukis, les dandan instan, padu padan pakaian, kompetisi game, dan lain-lain.

Menurut Anton, penekanan yang makin besar pada retailtainment mengubah pengalaman konsumen, karena konsep itu menggabungkan aktivitas belanja dengan unsur-unsur budaya, hiburan dan sosial.

“Mal-mal terkemuka menampilkan konsep pop-up yang dikurasi, dan zona gaya hidup khusus yang dirancang melibatkan pengunjung dan mendorong mereka untuk betah di mal,” terang Anton.

Soal penerapan konsep retailtainment itu, mal-mal premium masih terus memimpin, memanfaatkan portofolio merek yang kuat dan posisinya yang di atas.

“Sementara mal-mal kelas menengah sedang me-reinvent diri melalui aktivasi dan acara yang beresonansi dengan audiens, yang didorong oleh media sosial,” tutup Anton.

CBRE Indonesia mencatat, luasan mal di Jakarta saat ini mencapai 3,4 juta m2 dengan okupansi 86 persen, tarif sewa Rp320 ribu per m2, dan tingkat kekosongan hanya 500 ribu m2.

Penyerapan bersih tahun ini sampai triwulan tiga hanya 18.500 m2, sedangkan suplai baru yang akan memasuki pasar hingga beberapa tahun ke depan mencapai 154.000 m2.

Secara umum dinamika ritel di Jakarta lebih banyak terjadi di mall segmen middle up dan upper, sedangkan mall high end dan middle low stabil.

Dinamika itu diwarnai oleh berlanjutnya ekspansi brand-brand asing ke berbagai pusat belanja di Jakarta. Terutama dari sektor F&B, elektronik, serta health & beauty.

Berita Terkait

Ekonomi

Oktober Kredit Properti Mulai Meningkat, Didorong Kredit Real Estat

Penyaluran kredit perbankan masih memprihatinkan. Menurut laporan uang beredar...

Jelang Akhir Tahun, Deposito di Bank Menurun, Tabungan Meningkat

Laporan uang beredar yang dipublikasikan Bank Indonesia akhir pekan...

Uang Beredar Sedikit Turun, Menkeu Tambah Likuiditas Perbankan Rp76 Triliun

Uang beredar adalah indikator aktivitas ekonomi. Kenaikan atau penurunan...

Berita Terkini