Oktober Kredit Properti Mulai Meningkat, Didorong Kredit Real Estat
Penyaluran kredit perbankan masih memprihatinkan. Menurut laporan uang beredar Bank Indonesia yang dilansir akhir pekan ini (21/11/2025), pada Oktober 2025 penyaluran kredit hanya tumbuh 6,9 persen secara tahunan (yoy) senilai Rp4.484,7 triliun, dibanding 7,2 persen pada September 2025.
Baik kredit korporasi maupun perorangan, keduanya menurun. Masing-masing dari 10,5 persen dan 3,2 persen menjadi 10,2 persen dan 3 persen senilai Rp4.484,7 triliun dan Rp3.557,8 triliun. Hanya kredit lainnya yang tumbuh dari 7,1 persen menjadi 8 persen senilai Rp64,3 triliun, tapi nilainya terlalu minim untuk mempengaruhi penyaluran kredit keseluruhan yang mencapai Rp8.106,8 triliun pada Oktober 2025.
Dari sisi penggunaan, hanya kredit investasi yang meningkat dari 14,4 persen menjadi 15 persen senilai Rp2.335 triliun. Terutama bersumber dari sektor pengangkutan dan komunikasi, serta listrik, gas, dan air bersih.
Sedangkan kredit modal kerja (KMK) dan kredit konsumsi menurun dari 2,9 persen dan 7,3 persen menjadi 2,1 persen dan 6,9 persen senilai Rp3.448,2 triliun dan Rp2.323,6 triliun. Pada KMK penurunan terdalam terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian dari -5,9 persen menjadi -10,3 persen, diikuti industri pengolahan dan sejenisnya dari 2,9 persen menjadi 2,1 persen.
Untuk kredit konsumsi, semua jenis kredit terus menurun pertumbuhannya. Pada Oktober 2025 kredit pemilikan rumah (KPR) hanya tumbuh 6,8 persen senilai Rp830,9 triliun dari September 7,2 persen, kredit kendaraan bermotor dari 0,7 persen menjadi -2,1 persen senilai Rp138,7 triliun, dan kredit multiguna dari 8,1 persen menjadi 8,0 persen senilai Rp1.354 triliun.
Baca juga: Minim Konstruksi Proyek Baru, Penyaluran Kredit Properti Makin Melempem
Kendati demikian penyaluran kredit properti meningkat pada Oktober 2025 sebesar 5 persen menjadi Rp1.471,9 triliun dibanding September 2025 sebear 4,3 persen. Penyumbang pertumbuhan kredit properti terutama adalah kredit real estate (pengadaan dan pematangan lahan) dari 6,6 persen menjadi 7,7 persen senilai Rp247,7 triliun, yang menunjukkan developer sedang mempersiapkan pengembangan proyek baru.
Hal itu tercermin antara lain pada pertumbuhan kredit konstruksi sebesar 0 persen (Oktober 2025) senilai Rp393,4 triliun dibanding -2,7 persen pada September 2025. Sementara KPR seperti sudah disinggung di atas, menurun pertumbuhannya dari 7,2 persen menjadi 6,8 persen.
Penyaluran kredit properti terus menurun sejak awal tahun ini. Kalau pada Januari 2025 masih tumbuh 6,8 persen (yoy), pada Agustus tinggal 4,6 persen (yoy), September 4,3 persen (yoy), sebelum mulai naik lagi Oktober sebesar 5 persen.