Senin, Desember 1, 2025
HomeNewsEkonomiNeraca Dagang Indonesia Masih Terus dan Terus Surplus

Neraca Dagang Indonesia Masih Terus dan Terus Surplus

Kinerja ekspor Indonesia masih terus mencatat surplus kendati dikenakan tarif resiprokal (timbal balik) yang tinggi oleh Amerika Serikat (AS).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada Oktober 2025 neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus USD2,39 miliar, melanjutkan surplus September 2025 sebesar USD4,34 miliar.

Surplus neraca perdagangan yang berlanjut itu ditopang surplus neraca perdagangan nonmigas, yang pada Oktober 2025 mencatat surplus USD4,31 miliar, seiring dengan tetap kuatnya ekspor nonmigas yang mencapai USD23,34 miliar.

Kinerja positif ekspor nonmigas itu terutama didukung ekspor berbasis sumber daya alam, seperti lemak dan minyak hewani/nabati, serta bahan bakar mineral, serta ekspor produk manufaktur seperti mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya dan berbagai produk kimia.

Sementara neraca perdagangan migas terus mencatat defisit, pada Oktober meningkat menjadi USD1,92 miliar sejalan dengan peningkatan impor migas di tengah penurunan ekspor migas.

Total selama Januari-Oktober 2025 neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus USD35,88 miliar, meningkat USD10,98 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu.

”Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 66 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus sepanjang Januari–Oktober 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar USD51,51 miliar, sementara komoditas migas masih mengalami defisit USD15,63 miliar,” kata Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), di Jakarta, Senin (1/12/2025).

Pudji menjelaskan, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2025 naik 6,96 persen dibanding Januari-Oktober 2024. Terutama didorong oleh sektor industri pengolahan yang mencatat ekspor senilai USD187,82 miliar atau naik 15,75 persen.

Baca juga: Neraca Perdagangan RI Masih Terus Surplus, Ditopang Ekspor Produk Manufaktur

Tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia masih Tiongkok, AS, dan India, dengan kontribusi sekitar 41,84 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia selama Januari-Oktober 2025.

Tiongkok tetap menjadi pasar ekspor utama komoditas non migas Indonesia senilai USD52,45 miliar (23,51 persen), disusul AS USD25,56 miliar (11,46 persen), dan India USD15,32 miliar (6,87 persen).

Ekspor ke Tiongkok didominasi besi dan baja, bahan bakar mineral, serta produk nikel. Ekspor ke ASdidominasi oleh mesin dan perlengkapan elektrik, pakaian dan aksesorisnya (rajutan), serta alas kaki.

Sementara nilai impor Indonesia pada Januari-Oktober 2025 mencapai USD198,16 miliar, hanya meningkat 2,19 persen dibanding periode yang sama 2024.

Penyumbang utama impor masih sektor nonmigas dengan nilai impor USD171,61 miliar atau naik 4,95 persen. Sedangkan impor sektor migas mengalami penurunan 12,67 persen menjadi USD26,56 miliar.

Peningkatan impor terutama terjadi pada barang modal, mencapai USD40,55 miliar atau naik 18,67 persen dibanding Januari-Oktober 2024.

Tiongkok juga masih menjadi negara utama asal impor non migas Indonesia dengan nilai USD70,19 miliar (40,90 persen), diikuti Jepang USD12,17 miliar (7,09 persen), dan AS USD8,17 miliar (4,76 persen).

Impor dari Tiongkok didominasi mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.

Surplus perdagangan nonmigas selama 10 bulan pertama tahun ini, sebagian besar ditopang lima komoditas utama. Yaitu, lemak dan minyak hewani/nabati (USD28,12 miliar), bahan bakar mineral (USD22,59 miliar), besi dan baja (USD15,79 miliar), produk nikel (USD7,39 miliar), serta alas kaki (USD5,47 miliar).

Bank Indonesia dalam keterangannya, menyambut baik surplus neraca dagang itu karena akan memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.

Berita Terkait

Ekonomi

November PMI Manufaktur Indonesia Catat Angka Tertinggi, Didorong Lonjakan Pesanan Baru

Sektor manufaktur Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Tercermin dari Purchasing...

November Inflasi Kembali Menurun. Pertanda Daya Beli Melemah Lagi?

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Senin (1/12/2025), inflasi Indeks...

BI Prediksi Ekonomi 2026 dan 2027 Tumbuh Lebih Tinggi

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan optimismenya, perekonomian Indonesia...

Berita Terkini