PLI Akan Kembangkan Perumahan 420 Ha di Serang
PT Prioritas Land Indonesai (PLI), pengembang beberapa proyek properti di Jabodetabek dan Bali, akan meluncurkan proyek baru di Serang Timur, Banten. Menurut Victor Irawan, Komisaris PLI, pengembangan proyek seluas 420 ha itu akan dimulai tahun ini. Nama proyek baru ini belum dibocorkan pengembangnya. Menurut Victor, perumahannya memiliki prospek bagus mengingat di sekitarnya banyak perusahaan industri besar. “Yang pasti akan kita bangun landed house dan fasilitas lifestyle untuk memenuhi kebutuhan di kawasan,” ujar Victor kepada housing-estate.com, Senin (9/6).
PLI merupakan pendatang baru di jagat bisnis properti. Perusahaan yang digawangi anak-anak muda ini memulai masuk sektor properti tahun 2010 dengan fokus mengembangkan apartemen. Apartemen yang dikembangkan antara lain Indigo Bekasi, Majestic Point Serpong, K2 Park. Untuk landed property, PLI mengembangkan Majestic Water Villa di Bali dan Airia Residence di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, yang akan diluncurkan usai Pemilu presiden.
Apartemen Majestic Point yang terdiri dari dua tower sudah sold out tinggal menyisakan unit ruko. Sedangkan K2 Park di Gading Serpong sudah menyelesaikan penjualan tower pertama, tinggal menyisakan 200-an unit di tower dua. “Nilai kapitalisasi PLI mencapai Rp5 triliun, mencakup Majestic Point Serpong, Majestic Point Villa dan Majestic Water Villa di Bali, Indigo Bekasi, K2 Park, dan Airia Residence,” kata Victor.
Airia Residence dikembangkan di area seluas 35 ha, masih dapat diperluas hingga 100 ha. PLI juga memiliki aset seluas 3,5 ha di Uluwatu, Bali. Di sini akan dibangun vila mewah untuk kalangan terbatas. Ekspansinya lumayan cepat karena perusahaan ini menyisihkan 20 persen dari keuntungan setiap proyek untuk belanja lahan.
Victor mengatakan, untuk hunian vertikal PLI akan fokus pada pengembangan apartemen menengah. Ia menghindari pengembangan apartemen murah karena urusan administrasi dan persyaratannya lebih ribet. “Kami tidak tertarik mengembangkan apartemen sederhana bukan karena keuntungannya kecil, tapi mengurangi sebanyak mungkin interaksi langsung dengan pemerintah,” tandasnya. Yudis
