Immersed Tunnel, Alternatif Bangun Jembatan di Dalam Air

Indonesia yang banyak wilayah perairannya bisa mengadopsi sistem immersed tunnel sebagai alternatif pembuatan jembatan. Sistem immersed tunnel yaitu terowongan kedap yang dibangun di bawah air. Menurut Kepala Badan Pembinaan (BP) Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Hediyanto Husaini, sistem immersed tunnel banyak kelebihannya.
“Memang saat ini masih mahal, tapi kelebihannya banyak, seperti perawatan lebih mudah, gangguan lingkungan lebih sedikit dibandingkan konvensional, dan berjangka panjang,” ujarnya saat menjadi pembicara seminar Kemungkinan Penerapan Konstruksi Immersed Tunnel di Indonesia. Seminar ini diselenggarakan oleh Royal Haskoning DHV (Belanda), Kedutaan Besar Belanda, dan PT Bina Karya di Jakarta, Jumat (31/10).

Immersed tunnel sesungguhnya bukan teknologi baru. Sistem ini diterapkan pertama kali di Pelabuhan Boston, AS, tahun 1893. Untuk menerapkan sistem ini dibuat semacam ruang kedap atau boks yang kemudian ditenggelamkan. Bentuknya berupa rangkaian yang setelah airnya dipompa boks ini menjadi jembatan di dalam air. Bila ukurannya besar bisa dilalui kendaraan. Dengan metode ini jembatan bisa dibuat di dalam air, bukan di atas permukaan air.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah mengajukan penggunaan system ini untuk diterapkan pada Jembatan Musi III di Palembang. Menurut Hediyanto, karena baru satu proyek penerapan sistem ini masih mahal. Tapi kalau sudah ada beberapa proyek biayanya akan lebih efisien dan bisa lebih murah.
Di Indonesia penggunaan terowongan sejauh ini baru sebatas di kawasan pertambangan dan underpass. Karena itu bila sistem ini diterapkan di Sungai Musi akan diketahui kelebihan dan kekurangannya.