Bikechitect, Bersepeda Sambil Lihat Karya Arsitek

Melalui hobi bersepeda para arsitek bisa lebih sering bertemu, tidak hanya saat merancang proyek bersama.
Sepeda dikenal sebagai kendaraan green karena non polutan dan membuat penggunanya menjadi lebih sehat. Saat ini ada puluhan komunitas sepeda di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Salah satunya Bikechitect, akronim dari bike (sepeda) dan architect (arsitek), yang didirikan para praktisi arsitek. Menurut Kusuma Agustianto, Ketua Komunitas Bikechitect, komunitas ini dibentuk sebagai ajang berkumpul para arsitek yang rata-rata sibuk?
“Kalau nggak diniatin seperti ini kita hanya ketemu kalau ada proyek bareng,” kata pria yang juga Principal Biro Arsitek Kas+Architecture (Jakarta) itu. Bikech tect sendiri dirintis Tan Tik Lam (TTL Architect) dan Denny Gondo (Studio Air Putih) tahun 2008. Awalnya hanya beranggotakan 12 orang. Saat ini anggota aktifnya mencapai 50 orang.
Cair
Sebagai komunitas Bikechitect juga memiliki struktur organisasi yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan koordinator. Hanya struktur tersebut tidak formal alias lebih cair. Peralihan ketua dari Denny Gondo ke Rudy Lokcay (Lokcay Architectural 3D Artwork) kemudian kepada Kusuma misalnya, dilangsungkan secara lisan saja. “Sekarang lu ya yang urusin, oke? Selesai. Nggak ada iuran anggota, kalau kumpul langsung saweran aja, nanti (uangnya) dikelola bendahara,” jelas Kusuma.
Rata-rata anggota Bikechitect adalah orang sibuk karena mereka umumnya principal sebuah biro arsitek. Karena itu komunitas memang tidak diarahkan menjadi terlalu serius. Padahal, Kusuma menyebutkan, Bikechitect pernah membuat even berbarengan dengan pameran arsitektur. “Sponsornya banyak. Pokoknya kalau ada nama arsiteknya bikin even nggak sulit. Tapi, karena kita semua sibuk, (komunitas ini lebih) jadi ajang fun aja,” katanya.


Bagus-bagusan
Kendati demikian diakuinya juga, selain ajang para arsitek sesama pehobi sepeda bertukar informasi mengenai model dan teknologi sepeda terbaru, Bikechitect juga menjadi tempat membicarakan perkembangan arsitektur terkini sampai bagibagi proyek. Jangan heran keanggotaannya berkembang, tidak hanya para arsitek tapi juga subkontraktor atau suplier. Selain pertemuan informal di salah satu kantor anggota, toko sepeda untuk membahas dan melihat-lihat sepeda, atau tempat lain, pertemuan resmi diupayakan dua kali sebulan tiap akhir pekan.
Soal sepeda kegiatannya mulai dari barter perangkat sepeda, bagus-bagusan sepeda, balap sepeda, sampai touring untuk melihat- lihat proyek atau karya arsitek. Bahkan, saat ke luar negeri pun para anggota menyempatkan mampir ke toko sepeda. “Jadi, menjurus ke candu. Di sisi lain arsitek itu egonya gede dan taste-nya tinggi. Sepeda nggak hanya bagus dari sisi teknis, tapi juga secara estetika harus matching. Jadi, secara nggak sadar kita jadi konsumtif, ha…ha… ha,” ujarnya.
Sumber: Majalah HousingEstate
atau
Unduh versi digitalnya WayangForce, Scoop & Scanie.